Filsafat Pendidikan Dan Penelitian Tindakan Kelas
Table of Contents
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas berasal
dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian
yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang
diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali
penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang
selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot,
Dave Ebbutt dan lainnya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau Classroom action Research merupakan suatu model penelitian yang
dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali
dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946. Menurut Stephen Kemmis
(1983), PTK atau action research adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuiri
melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu
dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan
sendiri; (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c)
situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David Hopkins, 1993:44). Sedangkan
tim pelatih proyek PGSM (1999) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut
dilakukan (M. Nur, 2001).
PTK atau action research mulai
berkembang sejak perang dunia ke dua, saat ini PTK sedang berkembang dengan
pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Canada.
Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup
besar terhadap PTK. Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam
bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa
action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by
participants in a social (including education) situation in order to improve
the rationality and of (a) their own social or educational practices justice
(b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which
practices are carried out.
Secara singkat PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta
memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.
PTK di Indonesia baru dikenal pada
akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai
salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama
jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya. Jenis penelitian ini dapat dilakukan
didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran,
pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat
dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan
di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk
suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya
berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK.
Dengan dilaksanakannya PTK, berarti
guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan
kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan
dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan
meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis
kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya
masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam
kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan
oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan
sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan
belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu
sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal
di kelas.
Manfaat ptk yaitu dengan
bertumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak bawaan dari pelaksanaan PTK
secara berkesinambungan, maka PTK bermanfaat sebagai inovasi pendidikan karena
guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara
mandiri. Dengan kata lain, karena para guru semakin memiliki suatu kemandirian
yang ditopang oleh rasa percaya diri. Disamping itu PTK juga bermanfaat untuk
pengembangan kurikulum dan untuk peningkatan profesionalisme guru.
PTK bertujuan untuk memperbaiki
dan/atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada
dasarnya melekat penuaian misi profesional kependidikan yang diemban oleh guru.
Dengan kata lain, tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan
layanan profesional guru. Di samping itu, sebagai tujuan penyerta PTK adalah
untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru guna memperbaiki kinerja di
kelasnya sendiri.
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut PTK
melaksanakan proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri 4 tahapan
sebagai berikut:
1) Plan
2) Reflektif
3) Action/Observation
4) Reflective
5) Action/Observation
6) Reflective
7) Action/Observation
Penelitian tindakan kelas memiliki
empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992) :
1). Planning (rencana)
Rencana merupakan tahapan awal yang
harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut
berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak
terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan.
Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih muda untuk mengatasi
kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih
efektif, harus bekerja sama dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa
dalam menganalisis dan memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka dalam
situasi tertentu.
2). Action (tindakan)
Tindakan ini merupakan penerapan
dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model
pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan
model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka
yang terlibat langsung dalam pelaiksanaan suatu model pembelajaran yang
hasilnya juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
3). Observation (pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk
melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan
dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi
sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang
sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah
proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang
muncul.
4). Reflection (refleksi)
Releksi disini meliputi kegiatan :
analisi, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan
menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap
perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki
kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan
dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil.
Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu
Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
1) Identifikasi
masalah
2) Analisis
masalah
3) Rumusan
masalah
4) Rumusan
hipotesis tindakan
Tahapan Pra PTK ini sangat esensial
untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini
suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah.
Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap
masalah yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual
pada salah seorang murid saja, namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat
klasikal, misalnya kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya
serap klasikal, dan lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK
inilah suatu rencana tindakan dibuat seperti :
1)
Perencanaan Tindakan;
berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK,
rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang
ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci.
Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana
pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen
observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini.
2)
Pelaksanaan Tindakan;
tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah
dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari
segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya.
Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang
berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan
kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam
refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya
sendiri.
3)
Pengamatan Tindakan;
kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang
dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang
sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang
dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh
peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis
instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan
observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi
ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan
kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi
bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu
dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan
oleh peneliti. Terdapat empat metode observasi, yaitu : observasi terbuka;
observasi terfokus; observasi terstruktur dan dan observasi sistematis.
Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya :
1) ada
perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat;
2) fokus
observasi harus ditetapkan bersama;
3) dosen/guru
dan pengamat membangun kriteria bersama;
4) pengamat
memiliki keterampilan mengamati;
5)
balikan hasil
pengamatan diberikan dengan segera. Adapun keterampilan yang harus dimiliki
pengamat diantaranya :
a. menghindari
kecenderungan untuk membuat penafsiran;
b. adanya
keterlibatan keterampilan antar pribadi;
c. merencanakan
skedul aktifitas kelas;
d. umpan
balik tidak lebih dari 24 jam;
e. catatan
harus teliti dan sistemaris
A.
Refleksi Terhadap
Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat
dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari
eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini
dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya
pada saat observasi.
B.
Karakteristik Penelitian Tindakan
Kelas
1.
An
inquiry on practice from within
PTK adalah kegiatannya dipicu oleh permasalahan praktis
yang dihayati guru dalam pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu PTK bersifat practice
driven dan Action driven, dalam arti PTK berujuan memperbaiki scara praktis,
langsung – disini, sekarang atau sering disebut dengan penelitian praktis (practical
inquiry). Hal ini berarti PTK memusatkan perhatian pada permasalahan spesifik
konstekstual. Peran dosen LPTK pada tahap awal adalah menjadi sounding board
(pemantul gagasan) bagi guru yang menghadapi permasalahan dalam pelaksanaan
tugasnya sehari-hari.
2.
A collaborative effort
between school teachers and teacher educators.
Karena dosen LPTK tidak memiliki
akses langsung, maka PTK diselenggarakan secara colaboratif dengan guru yang
kelasnya menjadi kancah PTK. Karena yang memiliki kancah adalah guru sehingga
para dosen LPTK yang berminat melakukan PTK tidak memiliki akses kepada kancah
dalam peran sebagai praktisi. Oleh sebab itu ciri kolaboratif harus secara
konsisten tertampilkan sebagai kerja sama kesejawatan dalam keseluruhan tahapan
penyelenggaraan PTK, mulai dari identifikasi permasalahan, serta diagnosis
keadaan, perancangan tindakan perbaikan, sampai dengan pengumpulan dan analisis
data serta reflektisi mengenai temuan di samping dalam penyusunan laporan.
3.
Reflective practice
made public.
Keterlibatan dosen LPTK dalam PTK
bukanlah sebagai ahli pendidikan yang tengah mengemban fungsi sebagai pembina
guru sekolah menengah atau sebagai pengembang pendidikan (missionary approach),
melainkan sebagai sejawat, di samping sebagai pendidik calon guru yang
seyogyanya memiliki kebutuhan untuk belajar dalam rangka mengakrabi lapangan
demi peningkatan mutu kinerjanya sendiri. Dalam hubungan ini guru yang
berkolaborasi dalam PTK harus mengemban peran ganda sebagai praktisi yang dalam
pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya juga sekaligus secara sistematis
meneliti praksisnya sendiri. Apabila ini terlksana dengan baik maka akan
terbina kultur meneliti dikalangan guru, dan merupakan suatu langkah strategis
dalam profisionalisme jabatan guru. Hal ini pelecehan profesi dalam bentuk
penyedia jasa borongan utuk membuatkan daftar angka kridit dalam proses
kenaikan pangkat fungsional guru yang menggejala akhir-akhir ini dapat
diakhiri.
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu
:
1)
Kritik Refeksi ; salah
satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK
ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan
kegiatan suatu aksi.
2)
Kritik Dialektis ;
dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik
terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia
melakukan pemeriksaan terhadap :
a.
konteks hubungan secara
menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas
b.
Struktur kontradiksi
internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya
kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit
tersebut bersifat stabil.
3)
Kolaboratif ; di dalam
PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti
atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu
diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Oleh karena pada
hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan
kondisi dari suatu latar yang ditelitinya.
4)
Resiko ; dengan adanya
ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko,
terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada
diantaranya :
a.
melesetnya hipotesis
b.
adanya tuntutan untuk
melakukan suatu transformasi.
5)
Susunan Jamak ; pada
umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena
ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur
jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi
atau kolaboratif.
6)
Internalisasi Teori dan
Praktik ; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan
merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap
yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung
tranformasi.
Berdasarkan uraian di atas,
jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang
lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun
paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi
diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang
dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
Ciri-ciri ptk yang membedakan dengan penelitian lain
yaitu :
1)
Adanya masalah PTK
dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya
selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkatan
lain guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik
pembelajaran yang dilakukannya. Contoh : Guru merasa risau karena hasil ketika
latihan menunjukkan hanya 40% yang bisa menguasai penggunaan rumus matematika;
Pertanyaan guru yang tidak pernah terjawab oleh sisa; Pekerjaan rumah yang
tidak pernah diselesaikan.
2)
Self-refleksitive
inquiry atau penelitian melalui refleksi diri. Berbeda dengan penelitian biasa
yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai
responden.
3)
Penelitian tindakan
kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga proses penelitian ini adalah kegiatan
pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi
4)
Penelitian tindakan
kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara
bertahap dan terus menerus. Sehingga PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan
berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-observasi- refleksi- revisi. Kunci utama
PTK adalah adanya action (tindakan) yang berulang-ulang.
Prosedur penelitian tindakan kelas
merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan
pembelajaran, menurut Raka Joni (1988) terdapat lima tahapan yaitu:
1)
Pengembangan fokus
masalah penelitian
2)
Perencanaan tindakan
perbaikan
3)
Pelaksanaan tindakan
perbaikan, observasi dan interpretasi
4)
Analisis dan refleksi
5)
Perencanaan tindak
lanjut
Dalam pelaksanaannya, PTK diawali
dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang
dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah
berdampak kurang baik terhadap proses dan atau hasil belajar pserta didik, dan
atau implementasi sesuatu program sekolah.
Pada gilirannya, dengan perumusan
permasalahan yang lebih tajam itu dapat dilakukan diagnosis
kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan secara lebih cermat, sehingga
terbuka peluang untuk menjajagi alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang
diperlukan. Alternatif mengatasi permasalahan yang dinilai terbaik, kemudian
diterjemahkan menjadi program tindakan perbaikan yang akan dicobakan. Hasil
percobaan tindakan perbaikan yang dinilai dan direfleksikan dengan mengacu
kepada kreteria-kreteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan
sebelumnya.
1)
Penetapan Fokus/Masalah
Penelitian, yang meliputi :
a.
Merasakan adanya
masalah
b.
Identifikasi Masalah
PTK
c.
Analisis Masalah
d.
Perumusan masalah
2)
Perencanaan Tindakan,
yang meliputi:
a.
Formulasi solusi dalam
bentuk hipotesis tindakan
b.
Analisis Kelaikan
Hipotesis Tindakan
c.
Persiapan Tindakan
3)
Pelaksanaan Tindakan
dan Observasi-Interpretasi
a.
Pelaksanaan Tindakan
b.
Observasi dan
Interpretasi
c.
Diskusi balikan (review
discussion)
4)
Analisis dan Refleksi
a.
Analisis Data
b.
Refleksi
5)
Perencanaan Tindak
lanjut
a.
Prosedur Observasi
b.
Beberapa Tindakan
Ada empat jenis PTK menurut eksperimental (Chein,
1990) yaitu :
1)
PTK Diagnostik; yang
dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun
peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan
memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya
ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik
yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
2)
PTK Partisipan; suatu
penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan
melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak
penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti
memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir
dengan melaporkan hasil panelitiannya.
3)
PTK Empiris; yang
dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan
sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang
terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan
dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan
sehari-hari.
4)
PTK Eksperimental; yang
dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan
dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan
efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan
kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau
teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya
PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif
dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering
digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya:
1)
Model Kurt Lewin
2)
Model Kemmis dan Mc
Taggart
3)
Model John Elliot
4)
Model Dave Ebbutt.
Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu
kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru :
1)
PTK sangat kondusif
untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di
kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan
muridnya
2)
PTK dapat meningkatkan
kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang
praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama
bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai
peneniliti di bidangnya.
3)
Dengan melaksanakan
tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui
suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di
kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah
aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
4)
Pelaksanaan PTK tidak
menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan
kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan
pelaksanaan proses pembelajaran.
5)
Dengan melaksanakan PTK
guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi
sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta
bahan ajar yang dipakainya.
6)
Penerapan PTK dalam
pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga
meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru;
meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
Terdapat enam prinsip yang mendasari PTK yang
dijelaskan Hopkins dalam Kardi (2000). Keenam prinsip tersebut adalah sebagai
berikut :
1)
Tugas utama guru adalah
mengajar, dan apapun Metode PTK yang diterapkannya, sebaiknya tidak mengganggu
komitmennya sebagai pengajar.
2)
Metode pengumpulan data
yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga
berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
3)
Metodologi yang
digunakan harus reliabel, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta
merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat
diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan
untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya.
4)
Masalah penelitian yang
diambil oleh guru hendaknya masalah yang cukup merisaukannya dan bertolak dari
tanggung jawab profesionalnya, guru sendiri memiliki komitmen terhadap
pemecahannya.
5)
Dalam penyelenggaraan
PTK, guru haruslah bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap
prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
6)
Meskipun kelas
merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK
sejauh mungkin harus digunakan classroom exceeding perspective, dalam arti
permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran
tertentu (skala mikro), melainkan dalam perspektif misi sekolah secara
keseluruhan (skala makro).
SUMBER
:
Diposkan
Oleh jeperis
pada 27 Maret, 2009
http://karwono.wordpress.com/2008/02/27/artikel-penelitian-tindakan-kelas-classroom-action-research/
Arends,
Richard. 19997. Classroom Instruction and Management. Toronto. McGrew-Hill.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah.
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research). IBRD OAN No 3979 – IND