Filsafat Pendidikan - Pengertian Dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Table of Contents

Pengertian Dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
What is philosopy ?
Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani, philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di dalamnya etika).
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan demikian pengetahuan tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat berpengaruh dalam aktifitas pendidikan seperti manajemen pendidikan, perencanaan pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh tersebut, maka dalam makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan paradigma aliran-aliran filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya manajemen pendidikan. Pada dasarnya kebijaksanaan atau pengetahuan senantiasa memberi kebenaran bagi orang yang mempelajari/mencarinya. Di dalam mencari kebenaran, dari suatu kebijaksanaan atau pengetahuan yang dipelajari, ada sebuah cara yang biasanya dipergunakan oleh seorang Filosof, yaitu dengan cara "berfikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berfikir yang sedalam-dalamnya) disebut Filsafat atau Falsafah.
Filsafat sebagai hasil berfikir yang sedalam-dalamnya diharapkan merupakan sesuatu yang paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan. Seorang filosof ulung yang terkenal Prof. DR. M.J. Langeveld dalam bukunya "Menuju Kepemikiran Filsafat", berpendapat bahwa "Kita akan memasuki kegiatan berfilsafat manakala kita memikirkan pernyataan apapun secara radikal, yakni dari dasar sampai kepada konsekuensinya yang terakhir secara sistematis." Ini artinya filsafat terbentuk karena berfilsafat. Dapat disimpulkan bahwa berfilsafat adalah "mencari kebenaran dari segala sesuatu yang dipermasalahkan dengan berpikir secara radikal dan sistematis."
Pada dasarnya cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut :
1.      Metafisica, cabang filsafat yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan fisik.
2.      Epistemologi, cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan.
3.      Metodelogi, cabang filsafat yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
4.      Logika, cabang filsafat yang berkaitan dengan persoalan rumus-rumus dan dalil-dalil berfikir yang benar.
5.      Etika, cabang filsafat yang berkaitan dengan moralitas atau tingkah laku manusia.
6.      Estetika, cabang filsafat yang berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
Ciri-ciri berfikir filosfi :
1)      Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2)      Berfikir secara sistematis.
3)      Menyusun suatu skema konsepsi, dan
4)      Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1)      Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2)      Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3)      Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1)      Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2)      Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3)      Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4)      Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1)      Sebagai dasar dalam bertindak.
2)      Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3)      Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4)      Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

What is education ?
Pendidikan berasal dari kata “didik” menjadi “mendidik” setelah mendapat awalan “me” yang berarti memelihara  dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan  diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam kamus besar Bahasa indonesia pendidikan berarti  proses mengubah tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam pengertian luas Pengertian pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang  memperolah pengetahuan, pemahaman, dan tata cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam Dictionary of Psychology pendidikan diartikan sebagai  tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Penidikan dengan demikian dapat berlangsung secara formal dan informal. Bahkan menurut defenisi tersebut di atas maka pendidikan  dapat berlangsung  dengan cara diri sendiri. Untuk itu maka dalam pendidikan  dibutuhkan tenaga pendidik yang bertugas untuk mengajar baik guru, dosen dan peran pendidika lainnya  yang telah disyaratkan undang-undang. Syarat lengakap bagi seorang guru untuk dapat melaksanakan program pengajaran dalam proses pendidikan harus utuh dan menyeluruh disetiap jenjang pendidikan yang meliputi kompotensi profesionalisme keguruan yakni kognitif afektif dan psikomotorik.
Pendidikan seperti diketahui adalah merupakan upaya pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh  yang pelaksanaannya dilakukan  dengan cara mengajarkan  berbagai bentuk pengetahuan  dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Dalam persfektif psikologi kemudian pelatihan dan pendidikan sebenarnya masih berada dalam ruang lingkup pengajaran yang berarti bahwa menjadi salah satu untsur pelaksanan proses pengajaran terutama dalam pengajaran keterampilan tertentu.
Dalam Dictionary of Education: pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup, sehingga ia memperoleh atau mengalami perkembangan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Pengertian Pendidikan menurut Fungsinya
Batasan pendidikan menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu:
1)      Pengertian Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya, Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya. Sebagai suatu kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Ada tiga bentuk transformasi yaitu: (!) Nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain, (2) Yang kurang cocok diperbaiki, (3) Yang tidak cocok diganti
2)       Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi, Pendidikan sebagai suatu proses pembentukan pribadi. sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
3)      Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara, Sebagai proses penyiapan warga Negara. sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
4)      Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja, penyiapan tenaga kerja sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
5)      Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

What is the philosopy of education ?
Secara definitif, filsafat pendidikan tidak lain adalah penerapan upaya metodis filsafat untuk mempersoalkan konsepsi-konsepsi yang melandasi upaya-upaya manusia di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas. Sedangkan, tujuan upaya-upaya filsafat dalam mempersoalkan adalah guna mengarahkan menyelenggarakan pendidikan pada kondisi-kondisi etika yang diedialkan. Dalam makana lain, filsafat pendidikan adalah falsifikasi pendidikan, baik dalam makan teoritis konseptual maupun makna praktis-pragmatis yang menggejala.
filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan . artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan factor yang integral atau satu kesatuan.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan, yaitu hasil ketika cara pandang filsafat masuk dan mengambil objek pendidikan, menjadi pandangan yang keliru, terutama jika ia dilihat secara geneologis, terutama karena hal itu melahirkan kesan makna bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang sepenuhnya terpisah dari filsafat atau ia berada di luar filsafat. Oleh karena itu, jika filsafat pendidikan kita konsesi mesti didefinisikan sebagai filsafat terapan, dasar pijakan bersifat metodis di satu sisi. Sedangkan, di sisi yang lain, ia menegaskan bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang dipandang sebagai bidang yang sepenuhnya bukan filsafat atau di luar filsafat.
Dalam pengkritisan tersebut, istilah “filsafat pendidikan” selalu menjadi hal yang hanya bisa diterima dalam pengandaian metodis guna menunjuk upaya-upaya cara pandang filsafat untuk mengkaji ruang pendidikan atau tepatnya ruang upaya menusia secara umum di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas.
Pengandaian metodis ini terpahami terutama kerena proses pelaksanaan upaya manusia secara umum di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas lebih sering berlangsung jauh dari nilai-nilai ideal yang diharapkan. Dalam berbagai kasus, upaya tersebut justru bermakna sebaliknya, yaitu semakin menjauhkan hidup manusia, baik secara individu ataupun kolektif dari tata hidup dan kehidupan yang baik dan berkualitas.
Dalam rialitas lapangan, ironi-ironi kontraproduktif tersebut menjadi dengan begitu sangat nyata sehingga ia bahkan tidak lagi membutuhkan argumentasi apa pun untuk membuktikannya. Penyelenggaraan pendidikan menjadi penyebab utama dari lahirnya dehumanisasi. Secara ideal, pendidikan ingin membuat manusia menjadi bermoral. Akan tetapi, dalam praktiknya, pendidikan terisi dan berlangsung dengan cara-cara yang justru bertentangan dengan nilai-nilai moral yang dicita-citakan. Dalam konteks problem seperti inilah dunia modern kemudian mengenal istilah “filsafat pendidikan”, yaitu filsafat yang secara seksama bermaksud melihat tentang apa, mengapa, dan bagaimana pendidikan dalam pengertian-pengertian lebih mendasar dan genuine sehingga proses penyelenggaraan pendidikan yang ada di lapangan dapat kembali menemukan makna urgensitasnya dalam hidup yang ada.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
  1.      Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme. 
  2.     Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme;
  3.     Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.

Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menurut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang telah teruji ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.

Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.

Obyek Kajian Filsafat Pendidikan
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan Islam, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
  1. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logika dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
  2. Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
  3. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
  4. Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.
Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi:
  1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of Education).
  2. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
  3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
  4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
  5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
  6. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian dari uraian diatas diproleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

Related: loading
Fungsi dan Tugas Filsafat Pendidikan
Tugas filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra) yang meliputi:
  1. Induvidualisme
  2. Sosialitas
  3. Moralitas
Ketiga kemampuan tersebut berkembang dalam pola hubungan tiga arah yang kita namakan “trilogi hubungan” yaitu:
  1. Hubungan dengan Tuhan, karena ia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
  2. Hubungan dengan masyarakat karena ia sebagai masyarakat.
  3. Hubungan dengan alam sekitar karena ia makhluk Allah yang harus mengelola, mengatur, memanfaatkan kekayaan alam sekitar yang terdapat diatas, di bawah dan di dalam perut bumi ini.
Brubacher menulis tentang fungsi filsafat pendidikan secara terperinci, dan pokok pikirannyadapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1.      Fungsi Spekulatif.
Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan mencoba merumuskannya dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi data-data yang telah ada dari segi ilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan antar hubungannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan.
2.      Fungsi Normatif.
Sebagai penentu arah, pedoman untuk apa pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal yang akan dibina. Khususnya norma moral yang bagaimana sebaiknya yang manusia cita-citakan. Bagaimana filsafat pendidikan memberikan norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah, yang pada akhirnya membentuk kebudayaan.

3.      Fungsi Kritik.
Terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam pertimbangan dan menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisa evaluasi baik kepribadian maupun achievement (prestasi). Fungsi kritik bararti pula analisis dan komparatif atas sesuatu, untuk mendapat kesimpulan. Bagaimana menetapkan klasifikasi prestasi itu secara tepat dengan data-data obyektif (angka-angka, statistik). Juga untuk menetapkan asumsi atau hipotesa yang lebih resonable. Filsafat harus kompeten, mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan bidang ilmiah, melengkapinya dengan data dan argumentasi yang tak didapatkan dari data ilmiah.
4.      Fungsi Teori Bagi Praktek.
Semua ide, konsepsi, analisa dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan adalah berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktek pendidikan. Filsafat memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktek.
5.      Funsi Integratif.
Mengingat fungsi filsafat pendidikan sebagai asa kerohanian atau rohnya pendidikan, maka fungi integratif filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemadu fungsional semua nilai dan asas normatif dalam ilmu pendidikan.

RuangLingkup Pemikiran Filsafat
Dalam memahami dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan pendidikan perludipahami pola dan system pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Pola dan systempemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :1. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti dalamberpikirnya logis dan rasional tentang hakikat masalah yang dihadapi;2. Tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinyamenyangkut persoalan-persoalan mendasar samapai keakar-akarnya.3. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya persoalan-persoalan yang dipikirkannya bersifat menyeluruh;4. Meskipun pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif,namun didasari oleh nilai-nilai yang obyektif.
Pola dan system berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yangmenyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
1.      Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungandengan alam semesta, ruang, dan waktu. Serta kenyataan manusia sebagaiciptaan manusia;
2.      Ontologi: yaitu tentang pemikiran asal usul kejadian alam semesta, darimanadan ke arah mana proses kejadiannya;
3.      Philosophy of main: yaitu pemikiran filosofis tentang “jiwa” dan bagaimanahubungannya dengan jasmani serta bagaimana dengan kebebasan kehendakdari manusia (free will);
4.      Efistimologi : yaitu suatu pemikiran yang menyatakan apa dan bagaimanasumber pengetahuan diperoleh; apakah dari akal pikiran (rationalisme) ataudari pendalaman panca indra (empirisme) atau dari ide-ide (aliran Idealisme)atau aliran dari Tuhan (Theologisme);5. Axiologi : yaitu pemikiran tentang nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika).
Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan menurut Jalaludin & Idi (2007: 24) secara mikro yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of education);
2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man);
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan;
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan;
5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidik­an);
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidik­an yang merupakan tujuan pendidikan.

Dengan demikian, dari uraian di atas diperoleh suatu kesim­pulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

Tujuan Filsafat Pendidikan
1.      Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan
2.      Membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan
3.      Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut
4.      Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan.

SUMBER :
1.    zakia Juanda 23:07
3.    Diposkan oleh Joko Suryanto di 04:35
Arifin Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Syar’i Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005