Filsafat Pendidikan - Pengertian Dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Table of Contents
Pengertian Dan Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan
What is philosopy ?
Filsafat
secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu atau
hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani,
philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau
hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta
pada kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom.
Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan
pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof
Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang
disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian
filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad
modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran.
Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di dalamnya
etika).
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan. Filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan
demikian pengetahuan tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat
berpengaruh dalam aktifitas pendidikan seperti manajemen pendidikan,
perencanaan pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh
tersebut, maka dalam makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan paradigma
aliran-aliran filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya manajemen
pendidikan. Pada dasarnya kebijaksanaan atau pengetahuan senantiasa memberi
kebenaran bagi orang yang mempelajari/mencarinya. Di dalam mencari kebenaran,
dari suatu kebijaksanaan atau pengetahuan yang dipelajari, ada sebuah cara yang
biasanya dipergunakan oleh seorang Filosof, yaitu dengan cara "berfikir
sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berfikir yang sedalam-dalamnya)
disebut Filsafat atau Falsafah.
Filsafat
sebagai hasil berfikir yang sedalam-dalamnya diharapkan merupakan sesuatu yang
paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan. Seorang filosof
ulung yang terkenal Prof. DR. M.J. Langeveld dalam bukunya "Menuju
Kepemikiran Filsafat", berpendapat bahwa "Kita akan memasuki kegiatan
berfilsafat manakala kita memikirkan pernyataan apapun secara radikal, yakni
dari dasar sampai kepada konsekuensinya yang terakhir secara sistematis."
Ini artinya filsafat terbentuk karena berfilsafat. Dapat disimpulkan bahwa
berfilsafat adalah "mencari kebenaran dari segala sesuatu yang
dipermasalahkan dengan berpikir secara radikal dan sistematis."
Pada
dasarnya cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut :
1. Metafisica,
cabang filsafat yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan fisik.
2. Epistemologi,
cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan.
3. Metodelogi,
cabang filsafat yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.
4. Logika,
cabang filsafat yang berkaitan dengan persoalan rumus-rumus dan dalil-dalil
berfikir yang benar.
5. Etika,
cabang filsafat yang berkaitan dengan moralitas atau tingkah laku manusia.
6. Estetika,
cabang filsafat yang berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
Ciri-ciri
berfikir filosfi :
1) Berfikir
dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2) Berfikir
secara sistematis.
3) Menyusun
suatu skema konsepsi, dan
4) Menyeluruh.
Empat
persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1) Apakah
sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2) Apakah
yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3) Apakah
manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa
ajaran filsafat yang telah mengisi dan
tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1) Materialisme,
yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah.
Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme
memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2) Idealisme
yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani
atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme
objektif.
3) Realisme.
Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan
hakitat yang asli dan abadi.
4) Pragmatisme
merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut)
tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat
filsafat dalam kehidupan adalah :
1) Sebagai
dasar dalam bertindak.
2) Sebagai
dasar dalam mengambil keputusan.
3) Untuk
mengurangi salah paham dan konflik.
4) Untuk
bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
What is education ?
Pendidikan
berasal dari kata “didik” menjadi “mendidik” setelah mendapat awalan “me” yang
berarti memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi
latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak
dan kecerdasan pikiran. Dalam kamus besar Bahasa indonesia pendidikan
berarti proses mengubah tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam
pengertian luas Pengertian pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperolah pengetahuan,
pemahaman, dan tata cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam
Dictionary of Psychology pendidikan diartikan sebagai tahapan kegiatan
yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan
individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya.
Penidikan dengan demikian dapat berlangsung secara formal dan informal. Bahkan
menurut defenisi tersebut di atas maka pendidikan dapat berlangsung
dengan cara diri sendiri. Untuk itu maka dalam pendidikan dibutuhkan
tenaga pendidik yang bertugas untuk mengajar baik guru, dosen dan peran
pendidika lainnya yang telah disyaratkan undang-undang. Syarat lengakap
bagi seorang guru untuk dapat melaksanakan program pengajaran dalam proses
pendidikan harus utuh dan menyeluruh disetiap jenjang pendidikan yang meliputi
kompotensi profesionalisme keguruan yakni kognitif afektif dan psikomotorik.
Pendidikan
seperti diketahui adalah merupakan upaya pengembangan potensi atau kemampuan
manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara
mengajarkan berbagai bentuk pengetahuan dan kecakapan yang
dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Dalam persfektif psikologi kemudian
pelatihan dan pendidikan sebenarnya masih berada dalam ruang lingkup pengajaran
yang berarti bahwa menjadi salah satu untsur pelaksanan proses pengajaran
terutama dalam pengajaran keterampilan tertentu.
Dalam
Dictionary of Education: pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangan
kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat
dimana ia hidup, sehingga ia memperoleh atau mengalami perkembangan sosial dan
kemampuan individu yang optimum.
Pengertian
Pendidikan menurut Fungsinya
Batasan
pendidikan menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu:
1) Pengertian
Pendidikan sebagai Proses transformasi
Budaya, Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai
budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi
muda. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya. Sebagai suatu kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Ada tiga bentuk
transformasi yaitu: (!) Nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya
nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain, (2) Yang kurang
cocok diperbaiki, (3) Yang tidak cocok diganti
2) Pendidikan
sebagai Proses Pembentukan Pribadi, Pendidikan sebagai suatu proses pembentukan
pribadi. sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik.Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu
pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa
dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
3) Pendidikan
sebagai Proses Penyiapan Warganegara, Sebagai proses penyiapan warga Negara.
sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik. Pendidikan sebagai penyiapan warganegara
diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik
agar menjadi warga negara yang baik.
4) Pendidikan
sebagai Penyiapan Tenaga Kerja, penyiapan tenaga kerja sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing
peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar
berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran.
Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia.
5) Pendidikan
adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan.
What is the philosopy
of education ?
Secara definitif, filsafat pendidikan tidak lain adalah
penerapan upaya metodis filsafat untuk mempersoalkan konsepsi-konsepsi yang
melandasi upaya-upaya manusia di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk
menjadi semakin baik dan berkualitas. Sedangkan, tujuan upaya-upaya
filsafat dalam mempersoalkan adalah guna mengarahkan menyelenggarakan
pendidikan pada kondisi-kondisi etika yang diedialkan. Dalam makana lain,
filsafat pendidikan adalah falsifikasi pendidikan, baik dalam makan teoritis
konseptual maupun makna praktis-pragmatis yang menggejala.
filsafat
pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi filsafat tersebut
sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan .
artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan
maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan
dan pengalaman kemanusiaan merupakan factor yang integral atau satu kesatuan.
Filsafat
Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat
yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat
pendidikan adalah filsafat terapan, yaitu
hasil ketika cara pandang filsafat masuk dan mengambil objek pendidikan,
menjadi pandangan yang keliru, terutama jika ia dilihat secara geneologis,
terutama karena hal itu melahirkan kesan makna bahwa pendidikan adalah sesuatu
hal yang sepenuhnya terpisah dari filsafat atau ia berada di luar filsafat.
Oleh karena itu, jika filsafat pendidikan kita konsesi mesti didefinisikan
sebagai filsafat terapan, dasar pijakan bersifat metodis di satu sisi.
Sedangkan, di sisi yang lain, ia menegaskan bahwa pendidikan adalah sesuatu hal
yang dipandang sebagai bidang yang sepenuhnya bukan filsafat atau di luar
filsafat.
Dalam
pengkritisan tersebut, istilah “filsafat pendidikan” selalu menjadi
hal yang hanya bisa diterima dalam pengandaian metodis guna menunjuk
upaya-upaya cara pandang filsafat untuk mengkaji ruang pendidikan atau tepatnya
ruang upaya menusia secara umum di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk
menjadi semakin baik dan berkualitas.
Pengandaian
metodis ini terpahami terutama kerena proses pelaksanaan upaya manusia secara
umum di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan
berkualitas lebih sering berlangsung jauh dari nilai-nilai ideal yang
diharapkan. Dalam berbagai kasus, upaya tersebut justru bermakna sebaliknya,
yaitu semakin menjauhkan hidup manusia, baik secara individu ataupun kolektif
dari tata hidup dan kehidupan yang baik dan berkualitas.
Dalam
rialitas lapangan, ironi-ironi kontraproduktif tersebut menjadi dengan begitu
sangat nyata sehingga ia bahkan tidak lagi membutuhkan argumentasi apa pun
untuk membuktikannya. Penyelenggaraan pendidikan menjadi penyebab utama dari
lahirnya dehumanisasi. Secara ideal, pendidikan ingin membuat manusia menjadi
bermoral. Akan tetapi, dalam praktiknya, pendidikan terisi dan berlangsung
dengan cara-cara yang justru bertentangan dengan nilai-nilai moral yang
dicita-citakan. Dalam konteks problem seperti inilah dunia modern kemudian
mengenal istilah “filsafat pendidikan”, yaitu filsafat yang secara
seksama bermaksud melihat tentang apa, mengapa, dan bagaimana pendidikan dalam
pengertian-pengertian lebih mendasar dan genuine sehingga proses
penyelenggaraan pendidikan yang ada di lapangan dapat kembali menemukan makna
urgensitasnya dalam hidup yang ada.
Beberapa
aliran filsafat pendidikan;
- Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
- Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme;
- Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme
berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme
bersifat dinamis dan temporal, menyala. tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus
karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang
telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf
kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
Esensialisme
berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur
dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh
idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta
tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme,
nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila
orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan
sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman
emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai
tersehut. Menurut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus
dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme,
pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia
besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada
nilai-nilai yang telah teruji ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Obyek Kajian
Filsafat Pendidikan
Dalam rangka
menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan
terutama pendidikan Islam, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan
pada umumnya.
Adapun pola dan
sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
- Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis,
dalam arti cara berfikirnya bersifat logika dan rasional tentang hakikat
permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis
artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
- Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan
bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai
keakar-akarnya.
- Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal,
artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang
menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat
kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada
masa sekarang maupun masa mendatang.
- Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat
spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan
pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu
alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai
obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada
pada obyek yang dipikirkannya.
Secara makro (umum) apa yang menjadi
obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau
permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek
pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek
filsafat pendidikan meliputi:
- Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan
(The Nature of Education).
- Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek
dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
- Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat,
filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
- Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat
pendidikan dan teori pendidikan.
- Merumuskan hubungan antara filsafat negara
(ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem
pendidikan).
- Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral
pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian dari uraian diatas
diproleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah
semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami
hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhungan dengan bagaimana pelaksanaan
pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang
dicita-citakan.
Related: loading
Fungsi dan Tugas Filsafat Pendidikan
Tugas
filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan
spekulatif) secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran yang
sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup
dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang
berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang berkembang
dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra) yang meliputi:
- Induvidualisme
- Sosialitas
- Moralitas
Ketiga kemampuan tersebut berkembang dalam pola
hubungan tiga arah yang kita namakan “trilogi hubungan” yaitu:
- Hubungan dengan Tuhan, karena ia sebagai makhluk
ciptaan-Nya.
- Hubungan dengan masyarakat karena ia sebagai
masyarakat.
- Hubungan dengan alam sekitar karena ia makhluk
Allah yang harus mengelola, mengatur, memanfaatkan kekayaan alam sekitar
yang terdapat diatas, di bawah dan di dalam perut bumi ini.
Brubacher menulis
tentang fungsi filsafat pendidikan secara terperinci, dan pokok pikirannyadapat
diikhtisarkan sebagai berikut :
1.
Fungsi Spekulatif.
Filsafat
pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan mencoba
merumuskannya dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi data-data yang
telah ada dari segi ilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan
persoalan pendidikan dan antar hubungannya dengan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pendidikan.
2.
Fungsi Normatif.
Sebagai penentu
arah, pedoman untuk apa pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan
pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal yang akan dibina. Khususnya norma
moral yang bagaimana sebaiknya yang manusia cita-citakan. Bagaimana filsafat
pendidikan memberikan norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif
dan kenyataan-kenyataan ilmiah, yang pada akhirnya membentuk kebudayaan.
3.
Fungsi Kritik.
Terutama untuk
memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam pertimbangan dan
menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisa evaluasi baik
kepribadian maupun achievement (prestasi). Fungsi kritik bararti pula analisis
dan komparatif atas sesuatu, untuk mendapat kesimpulan. Bagaimana menetapkan
klasifikasi prestasi itu secara tepat dengan data-data obyektif (angka-angka,
statistik). Juga untuk menetapkan asumsi atau hipotesa yang lebih resonable.
Filsafat harus kompeten, mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan bidang
ilmiah, melengkapinya dengan data dan argumentasi yang tak didapatkan dari data
ilmiah.
4.
Fungsi Teori Bagi Praktek.
Semua ide,
konsepsi, analisa dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan adalah
berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktek
pendidikan. Filsafat memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktek.
5.
Funsi Integratif.
Mengingat fungsi
filsafat pendidikan sebagai asa kerohanian atau rohnya pendidikan, maka fungi
integratif filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemadu fungsional
semua nilai dan asas normatif dalam ilmu pendidikan.
RuangLingkup Pemikiran
Filsafat
Dalam
memahami dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan pendidikan perludipahami pola
dan system pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Pola dan systempemikiran
kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :1. Pemikiran kefilsafatan harus
bersifat sistematis, dalam arti dalamberpikirnya logis dan rasional tentang
hakikat masalah yang dihadapi;2. Tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat
radikal artinyamenyangkut persoalan-persoalan mendasar samapai
keakar-akarnya.3. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya
persoalan-persoalan yang dipikirkannya bersifat menyeluruh;4. Meskipun
pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif,namun didasari
oleh nilai-nilai yang obyektif.
Pola
dan system berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yangmenyangkut
bidang-bidang sebagai berikut:
1. Cosmologi
yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungandengan alam semesta,
ruang, dan waktu. Serta kenyataan manusia sebagaiciptaan manusia;
2. Ontologi:
yaitu tentang pemikiran asal usul kejadian alam semesta, darimanadan ke arah mana
proses kejadiannya;
3. Philosophy
of main: yaitu pemikiran filosofis tentang “jiwa” dan bagaimanahubungannya
dengan jasmani serta bagaimana dengan kebebasan kehendakdari manusia (free
will);
4. Efistimologi
: yaitu suatu pemikiran yang menyatakan apa dan bagaimanasumber pengetahuan
diperoleh; apakah dari akal pikiran (rationalisme) ataudari pendalaman panca
indra (empirisme) atau dari ide-ide (aliran Idealisme)atau aliran dari Tuhan
(Theologisme);5. Axiologi : yaitu pemikiran tentang nilai-nilai tinggi dari Tuhan.
Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika).
Secara
makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang
lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan
sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro
(khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan menurut Jalaludin & Idi (2007: 24) secara mikro
yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1. Merumuskan
secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of education);
2. Merumuskan sifat
hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of
man);
3. Merumuskan
secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan;
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan;
5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi),
filsafat pendidikan dan politik pendidikan
(sistem pendidikan);
6. Merumuskan sistem nilai-norma
atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian, dari uraian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua
aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
Tujuan Filsafat
Pendidikan
1. Memberikan
landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan
2. Membantu
memperjelas tujuan-tujuan pendidikan
3. Melaksanakan
kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut
4. Melakukan
evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan.
SUMBER :
3.
Diposkan oleh Joko Suryanto di
04:35
6.http://dakir.wordpress.com/2009/03/07/pengertian-obyek-kajian-fungsi-dan-tugas-filsafat-pendidikan/
Arifin
Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Syar’i
Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005