Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asas - Asas Didaktik

Asas - Asas Didaktik

Didaktik merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani didaskein yang berarti pengajaran dan didaktikos berarti pandai mengajar. Dengan didaktik kila maksud ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran sehingga dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik.
Didaktik berarti ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran itu dimiliki oleh siswa. Kegiatan yang dimaksud ialah kegiatan langsung yang timbul didalam pergaulan siswa dengan gurunya. Dengan kata lain kegiatan apa yang dimainkan oleh guru dalam menyajikan bahan pelajaran itu. Apakah ia dapat menarik minat, motivasi, atau mengaktifkan siswa atau tidak?. Oleh karena kegiatan itu bertujuan untuk mempengaruhi siswa atau anak didik, maka karakteristik-karakteristik pribadi anak didiklah yang menjadi sasaran didaktik. Psikologi pada umumnya dapat menyumbangkan asas-asas didaktik itu, seperti motivasi, aktivitas, minat, persepsi, peragaan, individualitas, korelasi, konsentrasi, integrasi, penghayatan, penghargaan pengakuan lingkungan dan sebagainya.
Adapun prinsip-prinsip mengajar antara lain :
1.      Asas perhatian, yaitu asas membangkitkan perhatian murid-murid.
2.      Asas aktivitas, yaitu asas mengaktifkan jasmani dan mental murid-murid.
3.      Asas apersepsi, yaitu asas menghubungkan dengan apa yang telah dikenal anak.
4.      Asas peragaan, yaitu asas memperagakan pengajaran.
5.      Asas ulangan, yaitu mengadakan ulangan-ulangan yang teratur.
6.      Asas korelasi, yaitu mengadakan hubungan dengan pelajaran lainnya.
7.      Asas konsentrasi, yaitu asas pemusatan pada pokok masalah.
8.      Asas individualisasi, yaitu asas penyesuaian pada sifat dan bakat masing-masing anak.
9.      Asas sosialisasi, yaitu menciptakan / menyesuaikan dengan lingkungan.
10.  Asas evaluasi, yaitu mengadakan penilaian yang tepat dan teliti.
Menurut L Marsell mengemukakan enam prinsip mengajar yaitu:
1.      Prinsip konteks.
2.      Prinsip fokus.
3.      Prinsip urutan.
4.      Prinsip evaluasi.
5.      Prinsip individualisme.
6.      Prinsip sosialisasi.
Sedangkan menurut Mandigers agar anak mudah dan berhasil dalam belajar, guru dalam mengajar harus memperhatikan:
1.      Prinsip aktifitas mental.
2.      Prinsip menarik perhatian.
3.      Prinsip penyesuaian perkembangan siswa.
4.      Appersepsi.
5.      Prinsip peragaan.
6.      Prinsip aktifitas motoris.
Evaluasi proses dan hasil belajar harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
1.      Menyeluruh
2.      Berkesinambungan
3.      Berorientasi pada tujuan
4.      Obyektif
5.      Terbuka
6.      Bermakna
7.      Mendidik
Prinsip-prinsip atau asas-asas didaktik itu tidak berdiri sendiri, melainkan bertalian erat satu sama lain. Misalnya motivasi (minat) timbul bila anak-anak aktif, atau bila kita gunakan alat-alat peraga, atau kita bawa berkaryawisata ke luar sekolah (lingkungan). Karena itu biasanya asas-asas itu timbul serempak.
Menguasai asas-asas didaktik belum merupakan suatu jaminan bahwa seseorang dengan sendirinya akan menjadi guru yang baik. Mengajar itu sangat kompleks dan dipengaruhi oleh macam-macam faktor antara lain pribadi guru sendiri, suasana kelas, hubungan antar-manusia di sekolah, keadaan sosial ekonomi negara, organisasi kurikulum dan sebagainya.
Akan tetapi seseorang pasti tidak akan menjadi guru yang baik kalau ia mengabaikan asas-asas didaktik. Itu sebabnya didaktik perlu dipelajari oleh setiap pengajar.
Asas Motivasi
David B. Guralnik (Moekijat, 2002: 4) mengemukakan bahwa “motive : an inner drive, impulse, etc. that causes one to act” (motif : suatu perangsang dari dalam, suatu gerak hati, dan sebagainya yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu). Kemudian Malayu S.P. Hasibuan (2003:141) mengemukakan “Motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Motif terkadang didefinisikan sebagai kebutuhan (needs), pengendali (drives), atau impuls dalam diri seseorang”. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2001:93) mendefinisikan “Motif sebagai suatu suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya”.
Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhanya. Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Makin kuat motivasi seseorang dalam belajar, makin optimal dalam melakukan aktivitas belajar.Dangan kata lain intensitas (kekuatan) belajar sangat ditentukan oleh motivasi/dorongan. ( Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)
            Anak yang memiliki motif, sikap, minat, penghargaan dan cita-cita akan mendorong seseorang berbuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun tidak semua anak memiliki motivasi seperti itu, maka tugas guru untuk membangkitkan motif dan mendorong anak untuk mencapai tujuan belajar.
Pada dasarnya motivasi memiliki 2 jenis yaitu :
1.      Motivasi Instrinsik
Motivasi Instrinsik mengacu pada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Kebanyakan teori pendidikan modern mengambil motivasi instrinsik sebagai pendorong aktivitas dalam pengajaran dan pemecahan soal.
2.     MotivasiEkstrinsik
Motivasi Ekstrinsik mengacu pada faktor-faktor dari luar dan ditetapkan pada tugas siswa oleh guru. Motivasi ekstrinsik biasa berupa penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003:98) asas-asas motivasi meliputi:
1.      Asas Mengikutsertakan.
Artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.
2.      Asas Komunikasi.
Artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala-kendala yang dihadapi.
3.      Asas Pengakuan.
Artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.
4.      Asas Wewenang yang Didelegasikan.
Artinya memberikan kewenangan, dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik.
5.      Asas Adil dan layak.
Artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas     “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan. Misalnya pemberian hadiah atau hukuman terhadap semua karyawan harus adil dan layak kalau masalahnya sama.
6.      Asas Perhatian Timbal Balik.
Artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi. Tegasnya kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

Ada 4 fungsi pengajar dalam memelihara dan meningkatkan motivasi siswa, yaitu sebagai berikut: ( S. Nasution, Dikdatif Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000).

1.      Menggairahkan
Siswa Dalam kegiatan rutin dikelas sehari-hari pengajar harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat siswa dalam belajar, misalnya melalui metode Discovery Learning dan Brain Storming.
2.      Memberikan Harapan Realistis
Guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis dan memodifikasi harapan yang tidak relistis. Pengajar harus dapat membedakan antara harapan yang realistis, pesimis dan optimis.
3.      Memberikan Insentif
Bila siswa mendapatkan keberhasilan, pengajar diharapkan memberikan hadiah pada siswa atas keberhasilanya. Dapat berupa pujian, angka yang baik, dsb. Sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut.
4.      Mengarahkan       
Pengajar harus mengarahkan tingkah laku siswa dengan cara menunjukan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar dan meminta mereka memperbaikinya.
Usaha meningkatkan motivasi dalam belajar siswa, guru dapat melakukanberbagai cara sebagai berikut:
1.      Memberi angka.
Umumnya setiap anak ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angka baik, maka akan terdorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar. Sebaliknya, siswa yang  mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
2.      Pujian.
Pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil, besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang.
3.      Pemberian hadiah.
Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya, memberikan hadiah pada akhir  tahun ajaran, dengan menunjukkan hasil belajar yang baik, atau kegiatan-kegiatan lain yang mendorong siswa untuk berprestasi.
4.      Kerja kelompok.
Dalam kerja kelompok di mana para siswa melakukan kerja sama dalam belajar. Setiap anggota memberikan motif belajar pada anggota lainnya. Kadang-kadang rasa untuk mempertukarkan anggota kelompok menjadi pendorong dalam perbuatan belajar.
5.      Persaingan.
Baik bekerja kelompok maupun persaingan mencari motif-motif sosial kepada siswa. Hanya saja persaingan antara individual akan menimbulkan pengaruh yang kurang baik, seperti hubungan persahabatan, perkelahian dan pertentangan. Persaingan yang baik ialah dalam bentuk antar kelompok belajar.
Motivasi sering tumpang tindih dengan asas-asas belajar lainnya, namun demikian kita perlu mengenal konsep pokok (key concept) dari pada motivasi kelas ini sebagai suatu asas belajar tersendiri.Tafsiran tentang motivasi menurut pandangan lama, sering dianggap sama artinya dengan perhatian. Misalnya guru berupaya menarik perhatian siswa terhadap pokok yang akan diajarkan dengan cara tertentu, sehingga siswa tertarik minatnya untuk mempelajari bahan yang baru tersebut. Tumbuhnya perhatian dan minat siswa belajar  dianggap telah tumbuhnya motivasi belajar siswa bersangkutan.Motivasi dapat bersumber dan dalam diri siswa sendiri berdasarkan kebutuhan,dorongan dan kesadaran pada tujuan belajar. Motivasi ini disebut motivasi intrinsik. Motivasibelajar dapat juga tumbuh berkat rangsangan dan tekanan atau desakan dari luar,misalnya dengan hadiah, ganjaran, hukuman dan pemberian harapan lainnya, yang disebutmotivasi ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini berdayaguna dalam melakukan proses belajar,kendatipun motivasi yang bersumber dari diri sendiri dinilai lebih baik.Kendatipun demikian, motivasi ekstrinsik perlu digerakkan dan digunakan untuk mendorong kegiatan belajar siswa, dengan cara menciptakan kondisi-kondisi yang relevan.
Kondisi-kondisi kelas berikut ini dapat meningkatkan motivasi di dalam kelas:
1.      Suasana Lingkungan Kelas
Pada umumnya, siswa memberikan respons dan berperilaku baik jika guru bersifatmenunjang dan membantu selama berlangsungnya pembelajaran. Motivasi siswa dipengaruhisecara positif oleh guru yang bersemangat dan antusias terhadap isi/materi yang diajarkannya.Guru juga perlu memberikan umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya kegiatanbelajar mengajar. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yangmenyenangkan (comportable) dan menunjang (supportive), sehingga membangkitkan motivasisiswa untuk mencapai hasil belajar yang positif.
2.      Keterlibatan Langsung Siswa
Jika mata ajaran dalam kelas dihubungkan dengan kehidupan pribadi siswa dan minatnya,maka proses belajar biasanya lebih melibatkan dan memotivasi siswa. Karena itu guruhendaknya memilih topik pelajaran yang populer bagi para siswa, agar mereka secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Karena itu guru perlu sewaktu-waktu mengubah pelajaranyang diberikannya untuk mengakomodasikan minat dan daerah keterlibatan pribadi siswa.
3.      Menjamin Keberhasilan
Umumnya siswa akan memberikan respons yang positif bila mereka mengalamikeberhasilan. Memang kadang-kadang ada siswa yang justru bekerja keras setelahmengalami kegagalan, namun umumnya motivasi belajar lebih meningkat berkat tumbuhnyarasa keberhasilan. Karena itu, guru hendaknya berupaya sebanyak mungkin memberikankesempatan berhasil kepada siswa sepanjang urutan belajar. Untuk itu, guru dituntut memberikanpenguatan ekstra (extra reinforcement) dan bimbingan, agar supaya siswa mau belajar lebih kerasdengan penuh perhatian melaksanakan tugas-tugas belajarnya.

Konsep Didaktik

Didaktik adalah sebagaian dari pedagogik atau ilmu mendidik anak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa didaktik adalah ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran sehingga dikuasai dan dimilki oleh siswa.
Prinsip-prinsip yang utama untuk dihayati dan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran diuraikan sebagai berikut:
1.   Prinsip Apersepsi
Herbart (1841) menyatakan bahwa apersepsi adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Apersepsi digunakan dalam mengajar dengan maksud untuk mempermudah memahami ide-ide yang baru dipelajari dengan mangaitkan pada pemahaman ide yang telah dimiliki  siswa. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu. Karena itu pelajaran harus selalu dibangun di atas pengetahuan yang telah ada.
2.   Prinsip Peragaan
      Ada pepatah yang menyatakan:
  1. Saya dengar, saya lupa
  2. Saya lihat, saya tahu
  3. Saya kerjakan, saya mengerti
Konsep akan mudah dipahamai jika siswa aktif memanipulasi benda konkrit dan semi konkrit sebagai model representasi dari konsep yang abstrak. Prof. Burner juga mengatakan kepada kita dengan teorema belajarnya yang dikenal dengan:
1)      Teorema Konstruktif
Dimana anak lebih mudah belajar mengkonstruksikan ide-ide abstrak ke dalam struktur kognitifnya jika dengan menggunakan peragaaan konkrit (enactiive) dilanjutkan ke tahap semi konkrit (iconic) baru ke tahap abstrak (simbolik).
2)      Teorema Notasi
Untuk mengajarkan matematika yang begitu banyak symbol-symbol yang harus dipahami maknanya harus dipahami secara bertahap dari yang paling sederhana sesuai tingkat pemahaman siswa. Peragaan merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif.Para siswa akan lebih tertarik jika peragaan tersebut mampu menggambarkan aktivitas yang sebenarnya.
3)      Teorema Kekontrasan dan Variasi
Untuk mengajarkan bentuk segitiga, perlu diberikan contoh yang bukan segitiga, misalnya terbuat dari kertas manila, atau bentuk-bentuk segitiga yang terdapat di lingkungannya. Demikian juga variasi dalam menggambar bangun-bangun segitiga perlu dikembangkan supaya siswa tidak berpandangan sempit terhadap konsep yang dipelajari. Misal, untuk menggambarkan segitiga siku-siku perlu digambarkan dalam berbagai posisi. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menerima siswa untuk menjelaskan kekontrasan anatara: siang dan malam, terang dan gelap, lurus dan begkok , dan sebagainya.
4)      Teorema Konektivitas.
Untuk mengajarkan sesuatu konsep tertentu perlu diorganisasikan dengan urutan yang tidak begitu saja dapat dibolak-balik karena konsep yang satu diperlukan untuk memahami konsep yang lain.
5)      Prinsip Motivasi
Salah satu fungsi yang melekat pada diri guru adalah guru sebagai motivator anak didik agar memiliki semangat dan kemauan belajar yang lebih tinggi. Ada dua macam motivasi pada diri siswa, yaitu motivasi yang tumbuh dan kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh cita-cita, harapan pribadi yang bersangkutan (motivasi intrinsik), dan ada yang dibangkitkan oleh pegaruh dari luar (motivasi ekstrensik). Tugas guru adalah mendorong siswa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu demi suksesnya tujuan belajar.
4.   Prinsip Belajar Aktif.
Pada hakekatnya, belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang lain dalam sustu proses belajar mengajar di atas. Menurut Mc. Keachie (1954) siswa belajar secara aktif adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental (intelektual-emosional) walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan phisik.
5.   Prinsip Kerjasama
Wujud nyata dalam proses belajar mengajar adalah diharapkan keterlibatan setiap siswa di dalam tugas-tugas klasikal atau kelompok. Tugas guru adalah mengakomodasikan dan memfasilitasi agar kegiatan kelompok dapat berlangsung secara produktif dan dinamis.
6.   Prinsip Mandiri
Siswa perlu dibiasakan untuk mencapai kepuasan dengan usaha yang keras dari diri siswa sendiri. Pendidikan tidak boleh terlalu memanjakan anak, bantuan yang kita berikan sifatnya hanya berupa kail untuk dapat memancing penyelesaian masalah oleh siswa sendiri. Perlu ditanamkan pada siswa motto “Tidak ada sukses tanpa kerja keras”.
7.   Prinsip Penyesuaian Dengan Individu Siswa.
Idealnya karena adanya perbedaan setiap idividu siswa maka dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada siswa tentu dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda pula.
8.   Prinsip Korelasi.
Prinsip korelasi pada intinya adalah mengaitkan pokok bahasan yang diajarkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mata pelajaran, dan mengaitkan hubungan atau manfaat suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain dan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam perkembangan IPTEK. Penerapan prinsip korelasi juga dapat meningkatkan daya tarik minat, dan motivasi siswa terhadap proses pembelajaran.
9.   Prinsip Evaluasi Yang Teratur.
Kegiatan mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar yang ditunjukkan oleh kinerja siswa dalam belajar perlu dilakukan secara teratur dan kesinambungan selama dan setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Didaktik dapat dibagi kedalam 2 macam yaitu :
1.      Didaktik umum memberi prinsip-prinsip yang umum yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran (yakni motivasi, peragaan dan lain-lain) agar anak-anak menguasainya. Prinsip-prinsip itu berlaku bagi semua mata pelajaran, apakah itu ilmu alam, pekerjaan tangan, antropologi atau psikologi.
2.      Didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan mata pelajaran tertentu di mana prinsip didaktik umum digunakan. Didaktik khusus perlu oleh sebab tiap mata pelajaran lain. Didaktik khusus juga disebut metodik. Metodik berasal dari methodos (bahasa Yunani), meta (melalui) + hodos (jalan) artinya cara melakukan sesuatu, prosedur. Ada metodik berhitung, metodik membaca dan lain-lain. Untuk vak-vak di Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi masih diperlukan metodiknya, misalnya metodik ekonomi, metodik psikologi, metodik filsafat dan lain-lain.
Didaktik memperoleh bantuan dari ilmu-ilmu lain dan bertalian erat dengan sejumlah ilmu lainnya.
Didaktik adalah sebagian dari pedagogik atau ilmu mendidik. Didaktik digunakan dalam pendidikan formal yang dilakukan di sekolah. Didaktik sangat dipengaruhi oleh psikologi. Psikologi memberikan petunjuk-petunjuk tentang perkem-bangan dan sifat-sifat anak-anak. Mengajar itu akan efektif bila kita mengenal anak. Selain dari itu psikologi memberi penjelasan tentang proses belajar. Psikologi asosiasi mendasari didaktik "lama" yang menekankan hafalan, sedangkan psikologi Gestalt menimbulkan didaktik "baru" yang mengutamakan pemahaman dan pemecahan soal. Juga filsafat mempengaruhi didaktik. Filsafat menentukan tujuan pendidikan dan dengan demikian bahan yang harus diajarkan. Filsafat menentukan pandangan kita terhadap anak sebagai manusia dan hubungan antara guru dan anak. Kita mendidik anak dalam masyarakat tertentu. Dengan demikian didaktik juga memerlukan bahan dari sosiologi dan antropologi.
Itu sebab pendidikan guru harus mempunyai dasar yang luas antara lain meliputi bidang-bidang ilmu seperti yang disebutkan di atas. Selain itu ia harus pula menguasai bahan yang akan diajarkannya. Guru sejarah harus menguasai bahan sejarah, guru geografi harus menguasai bahan pelajaran geografi. Guru yang tak benar-benar memahami sendiri seluk-beluk matematika dengan jelas, tak mungkin memberi pelajaran itu dengan baik. Dengan pengetahuan yang tanggung-tanggung tak dapat tiada ia menimbulkan pengertian dan pemahaman yang samar-samar pada anak, mengacaukan pikiran mereka dan dengan demikian menyulitkan hidup anak-anak dan akan memupuk sikap yang negatif terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru itu. Salah satu tanggung jawab guru adalah memupuk sikap yang positif terhadap bidang studi yang diberikannya. Dalam hal ini ia mendapat bantuan dari didaktik.

Hubungan Didaktik dengan Metodik

Untuk mengetahui hubungan antara didaktik dan metodik perlu diperbincangkan lebih dahulu lingkaran permasalahan Didaktik dan Metodik itu, setelah itu barulah kita mengetahui garis temu antara kedua lingkaran tersebut.
Menurut sejarahnya, Johann Amos Comenius (1592-1670) adalah tokoh pertama yang memformulasikan ide didaktik itu. Ia terkenal dengan bukunya yang bernama “Didactica Magna” yang dalam penerbitannya yang pertama (1632) ditulis dalam bahasa Ceko.
Dalam pasal 2 bab 17 dari buku Didactica Magna itu disebutkannya bahwa pengajaran akan menjadi mudah, jika diikuti langkah-langkah:
1.      Jika pengajaran dimulai awal benar, sebelum jiwa rusak.
2.      Jika jiwa telah sedia untuk menerimanya.
3.      Jika dimulai dari yang umum kepada yang khusus.
4.      Jika dimulai dari yang mudah kepada yang sukar.
5.      Jika siswa tidak dibebani dengan mata pelajaran yang banyak.
6.      Jika pelajaran berangsur-angsur maju dengan perlahan-lahan dalam setiap hal.
7.      Jika kecerdasan tidak dipaksa untuk suatu yang belum mengarah kepada kecenderungan dan harus sesuai dengan umur dan metode yang benar.
8.      Jika segala sesuatu diajarkan dengan media pengertian.
9.      Jika penggunaan segala sesuatu pengajaran berkesinambungan.
10.  Jika segala sesuatu diajarkan dengan satu dan metode yang sama.
Jika diformulasikan maka Didaktik itu bergerak dalam lingkaran penghidangan bahan pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan Metodik bergerak didalam lingkaran penyediaan jalan atau siasat yang akan ditempuh. Jadi, garis sentuh yang menghubungkan antara Didaktik dengan Metodik terletak pada titik persiapan pengajaran.  Pengajaran yang diharapkan akan berjalan baik dimulai dari pemilihan metode mengajar dan kemudian atas dasar metode yang dipilih itu dipersiapkan kegiatan penghidangan bahan pelajaran. Kegiatan yang demikian itulah yang disebut dengan Metodik Khusus.
Jika diformulasikan maka didaktik itu dalam lingkaran penghidangan bahan pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung.Sedangkan metodik bergerak didalam lingkaran penyediaan jalan yang akan ditempuh.
Jadi garis sentuh yang menghubungkan antara didaktik dengan metodik terletak pada titik persiapan pengajaran. Pengajaran yang diharapkan akan baik dimulai dari pemilihan metode mengajar dan kemudian atas metode yang itu dipersiapkan kegiatan penghidangan bahan pelajaran.kegiatan yang demikian itulah yang disebut methodic khusus.

Asas Aktifitas

Siswa adalah suatu oraganisasi yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing- masing siswa tersebut terdapat “prinsip aktif” yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu.
Siswa memiliki kebutuhan- kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat pemuasan, dan oleh karenanya menimbulkan dorongan berbuat tertentu. Tiap saat kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah, sehingga varietasnya menjadi bertambah besar. Dengan sendirinya perbuatan itupun menjadi banyak macam ragamnya.
Pendidikan modern sekarang ini lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menenaknkan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Sriyono (http://ipotes.wordpress.com/2008)”Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani”. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Menurut Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (Sardiman, 2006: 99), aktivitas atau kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut:
1.      Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar, mengamati eksperimen, mengamati demonstrasi dan pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2.      Moral activities, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan iterupsi.
3.      Listening activities, sebagai contoh mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan permainan, mendengarkan radio, mendengarkan musik, dan pidato.
4.      Writing activities, seperti misalnya menggambar, membuat grafik, membuat peta, diagram, pola, dan membuat chart.
5.      Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, meyelenggarakan permainan, kegiatan menari, berkebun, berternak.
6.      Mental activities, sebagai contoh misalnya:merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan, mengambil keputusan.
7.      Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, membedakan, merasa bosan, senang atau gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Oemar Hamalik (2001 :21) penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pembelajaran kepada siswa karena:
1.      Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung menglaminya
2.      Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral
3.      Memupuk kerjasama yang harmonis antara siswa
4.      Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri
5.      Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis
6.      Mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat dan guru dengan orang tua
7.      Pelajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas
8.      Pembelajaran di sekolah menjadi sebagaimana aktivitas dalam kehidupan masyarakat.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas pembelajaran di sekolah sangat kompleks dan beragam. Guru hendaknya dapat memotivasi peserta didik agar aktivitas dalam pembelajaran dapat optimal. Dengan demikian proses pembelajaran tidak membosankan dan siswa dapat terlibat aktif. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi seorang guru agar dalam proses pembelajaran dapat menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat optimal.

Jenis- jenis aktivitas

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:
1.      Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar- gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2.      Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : Mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
3.      Kegiatan-kegiatan mendengarkan : Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
4.      Kegiatan-kegiatan menulis : Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
5.      Kegiatan-kegiatan menggambar : Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
6.      Kegiatan-kegiatan metrik : Melakukan percobaab, memilih alat- alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, berkebun.
7.      Kegiatan-kegiatan mental : Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan- hubungan, membuat keputusan.
8.      Kegiatan-kegiatan emosional : Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut diatas, dan bersifat tumpang tindih (Burton, 1952, h. 436).

Upaya pelaksanaan aktivitas dalam pembelajaran

Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni :
1) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.
Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.
2) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas kedalam masyarakat, melalui metode karyawiasata, survei, keja lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan pelatihan diluar.
3) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.

SUMBER
Diposkan oleh : Suhirman 09:24
http://aditya6666.blogspot.com/2011/11/guru-dan-asas-asas-diktatit.html
http://www.abdulrahmansaleh.com/2011/06/prinsip-prinsip-belajar-mengajar.html
http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2011:upaya-meningkatkan-aktivitas-dan-kreativitas-siswa-dalam-pembelajaran-matematika-di-sekolah-dasar-dengan-metode-pemecahan-masalah&catid=159:artikel-kontributor
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/01/18/pengertian-jenis-dan-fungsi-motivasi-belajar/menjadi salah satu bagian yang integral pada asas pengajaran.
Diposkan oleh Yudhistira Ardana di 05:06
http://ardanayudhistira.blogspot.com/2012/02/aktivitas-belajar.html
https://pgsdkita.blogspot.com/2018/12/asas-asasdidaktik-didaktik-merupakan.html
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan pendekatan Sistem. Bumi Aksara: Jakarta.
Suherman, Erman. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA:.Bandung.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta.