Pembelajaran IPA SD - Hakikat Teori Belajar
Table of Contents
1. Pengertian Teori Pembelajaran
Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang
pengetahuan, suatu cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran.
2. Fungsi Teori Pembelajaran
Sebuah teori pembelajaran biasanya memiliki 3 fungsi yang
berbeda namun saling terkait dengan erat. Antara lain fungsi – fungsi tersebut
ialah :
a. Teori pembelajaran adalah pendekatan
terhadap suatu bidang pengetahuan; suatu cara menganalisis, membicarakan dan
meneliti pembelajaran. Teori pembelajaran berfungsi menggambarkan sudut pandang
peneliti mengenai aspek-aspek pembelajaran yang paling bernilai untuk
dipelajari, variabel-variabel independen yang harus dimanipulasi dan
variabel-variabel dependen yang harus dikaji, teknik – teknik penelitian yang
hendak digunakan, dan bahasa apa yang harus digunakan untuk mendekripsikan
temuan-temuannya.
b. Teori
pembelajaran berupaya meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai
hukum-hukum pembelajaran ke dalam ruang yang cukup kecil. Teori-teori
pembelajaran, dalam upayanya meringkas sejumlah besar pengetahuan kehilangan
akutasi dan kekompakkannya. Semua teori pembelajaran merupakan simplifikasi
atau garis-garis besar dari materi yang mereka hadapi. Dengan demikian teori –
teori pembelajaran memperlihatkan pencapaian dalam hal keluasan, organisasi dan
ketimpelan, namun juga kehilangan akurasi detailnya.
c. Teori
pembelajaran secara kreatif berupaya menjelaskan apa itu pembelajaran dan
mengapa pembelajaran berlangsung seperti adanya hukum-hukum menunjukkan
bagaimana pembelajaran terjadi teori-teori berupaya menunjukan menyapa
pembelajaran terjadi. Jadi teori pembelajaran berupaya menghasilkan
pemahaman pokok tersebut yang merupakan salah satu tujuan khusus pengetahuan
dan juga bentuk-bentuk kegiatan ilmiah lainya teori berupaya merepresentasikan
upaya terbaik manusia untuk memastikan struktur apa yang melandasi dunia tempat
kita hidup.
Teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan
bagaimana seyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek pendidikan adalah
tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya (nyatanya). Praksis pendidikan
adalah bidang kehidupan dan kegiatan praktis pendidikan.
Kedua
jenis seyogyanya tidak dipisahkan, sebaiknya siapa yang berkecimpung dalam
bidang pendidikan perlu menguasai keduanya. Teori mengandaikan praktek dan
praktek berlandaskan teori. Oleh karena itu,dipandang janggal bila ada orang
yang mengatakan dapat melaksanakan pendidikan tanpa menguasai teorinya.
Teori pendidikan perlu memiliki syarat-syarat,seperti logis,
deskriptif,dan menjelaskan. Logis artinya memenuhi syarat-syarat untuk berpikir
lurus dan benar, deskriptif atau penggambaran berarti dipaparkan secara jelas,
sedangkan menjelaskan berarti memberikan penerangan. Teori pendidikan tidak
dapat disusun seperti teori dalam ilmu pengetahuan alam. Teori pendidikan
disusun sebagi latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek
pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Disusun demikian rupa dnegan
maksud untuk menemukan sejumlah penemuan dalam praktek. Fungsi teori pendidikan
menunjukkan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan sehingga disebut
direktif. Istilah direktif tersebut memberikan makna bahwa pendidikan itu
mengarah pada tujuan yang hakikatnya adalah terwujudnya perkembangan optimal, kesejahteraan
dan kebahagiaan peserta didik. Disini perlu dicatat tentang keterlibatan norma
dan nilai dalam penyusunan teori pendidikan. Oleh karena itu pendidikan itu
mempunyai obyek materi manusia, maka nilai-nilai yang berkenaan dengan
kemanusiaan menjadi muatan dalam teori pendidikan. Dengan berpegang pada
proposisi bahwa pendidikan itu adalah pelaksanaan dari filsafat antropologi
maka beberapa pengertian dasar (anthropological constants) perlu
diperhitungkan dalam penyusunan teori.
3. Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme,
dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar
behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori
kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak.
Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar
aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
a. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori
yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. ) Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati
dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
b. Teori Belajar
kognitivisme
Teori
belajar kognitif mulai berkembang pada abad
terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang
sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti
yang mengembangkan teori kognitif ini adalah
Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki
penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer)
yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas
bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
aspek aspek
perkembangan kognitif menurut Piaget
yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational
dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
1)
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
cara berfikir anak.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
2)
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing.
3)
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
4)
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
c.
Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori
konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari
idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih
pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa
terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep.
d.
Teori belajar Humanstik
Menurut teori humanistik,tujuan belajar adalah
untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar
telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam
teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri.
e.
Teori belajar Gestalt
Menurut pandangan teori gestalt seseorng
memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya
secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam struktur yang sederhana
sehungga lebih mudah dipahami.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1) Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa
belajar
2) Membimbing guru untuk merancang dan
merencanakan proses pembelajaran
3) Memandu guru untuk mengelola kelas
4) Membantu guru untuk mengevaluasi proses,
perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
5) Membantu proses belajar lebih efektif, efisien
dan produktif
6) Membantu guru dalam memberikan dukungan dan
bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
f. Teori belajar yang berhubungan dengan IPA
Pada
dasarnya model pembelajaran IPA yang cocok anak dasar ialah model pembelajaran
yang menekankan pada pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi dan
belajar anak dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat Selanjutnya menemukan
ciri-ciri esensial dari situasi kehidupan yang berbeda–beda akan meningkatkan
kemampuan menalar, berprakarsa, dan berpikir kreatif pada anak didik.
Selanjutnya
model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman
langsung (learning by doing). Model belajar ini dapat memperkuat daya
ingat anak dan biayanya sangat murah. Sebab menggunakan alat-alat dan media
belajar yang ada di lingkungan anak itu sendiri (Sumatowa 2006:11)
IPA
sebagai ilmu disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan
IPA menjadi penting. Karna dalam pembelajaran IPA siswa diberikan kesempatan
untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses yang perlu di modifikasi sesuai
dengan tahap perkembangan kognitifnya.
Keterampilan
proses untuk anak-anak didefenisikan oleh Paolo dan Marten dalam (Sumatowa,
2006:12)) adalah mengamati, mencoba memahami yang di amati mempergunakan untuk
melihat apakah ramalan tersebur benar. Oleh karena itu seorang guru khususnya
guru IPA hendaknya mampu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat
IPA.
Untuk
mengatasi berbagai problema dalam pelaksanaan pembelajaran tentu diperlukan
model-model pembelajaran yang di pandang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksnakan
tugas dan juga kesulitan belajar anak didik. Model dapat di pahami maknannya
sebagai berikut:
1)
Suatu tipe atau desain.
2)
Suatu deskripsi atau analogi yang dengan langsung di
amati.
3)
suatu sistem atau asumsi-asumsi, data-data dan obyek
atau peristiwa
4)
Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem
kerja, suatu terjemahan realitas yang sederhana
5)
Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau
imajiner
Model
dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya. Walaupun model itu sendiri
bukanlah dari dunia yang sebenarnnya. Dengan demikian model pembelajaran dapat
di pahami sebagai keranggka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan
pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perencanaan pembelajaran bagi para guru. Empat katagori yang
diperlukan dalam model pembelajaran yakni model imformasi, model personal,
modelinteraksi, model tingkah laku. Salah satu model yang sangat berpengaruh
dalam IPA adalah model pembelajaran konstruktivisme. Banyak cara belajar yang
didasarkan pada teori kontruktivism , seperti cara belajar yang menekankan
peranan murid dalam membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan
pada fasilitator yang membentuk keaktifan murid dalam pembentukan
pengetahuannya.
Konstruktivisme
adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri. Para konstruktivis menjelaskan bahwa
satu-satunya alat yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah
indrannya. Seseorang berinteraksi dengan objek lingkungannya melihat,
mendengar, menjamah, mencium, dan melaksanakannya. Dengan sentuhan indrawi itu
seseorang membangun gambaran duniawinya.
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah suatu model pembelajaran yang dirancang
yang mengharuskan terjadinnya proses belajar peserta didik yang proaktif.
Menurut penganut konstruktivisme pengetahuan di bina secara aktif oleh
seseorang yang berpikir . Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan
fasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan menyesuaikan
imformasi baru atau pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan atau
pengalaman yang telah dimilikinnya melalui interaksi sosial dengan peserta
didik lain atau dengan gurunya.
Menurut Schuman
dalam Yulaewati (2004:54) konstuktivisme dikemukakan dengan pemikiran bahwa
semua orang membangun pandangannya terhadap dunia melalui pengalaman
individual, atau skema. Konstruktivisme menekannkan pada penyiapan peserta
didik untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi yang tidak
tentu.
Mamfaat model
pembelajaran kontruktivis antara lain:
1)
Membina peserta didik menjadi lebih mandiri
2)
Mengembangkan daya kreatifitas peserta didik karena ia
harus memperlihatkan hasil belajar atau karyannya
3)
Berlatih bekerja sama dengan tim anggota peserta didik
lainnya (prawiradiaga 2007:5)
Menurut
Tyler dalam Sumatowa (2006:54) menyatakan beberapa kebaikan pembelajaran
berdasarkan konstruktivisme yaitu:
1)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri. Berbagi
gagasan dengan temannya. Dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang
gagasannya.
2)
Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan
yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan
awal siswa agar siwa memperluas pengetahuan-pengetahuan mereka tentang fenomena
dan memiliki (diberi) kesempatan untuk merangkai fenomena. Sehingga
siswa didorong untuk membedakan untuk memebedakan dan memadukan gagasan tentang
fenomena yang menantang siswa.
3)
Memberi kesempatan siswa untuk berpikir tentang
pengalamannya agar siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong merefleksi
tentang teori dan model, mengenalkan gagasan IPA pada saat yang tepat.
4)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri untuk
menggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan
akhirnnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5)
Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan-perubahan
gagasan mereka setelah menyadari kemampuan mereka serta memberi kesempatan
untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6)
Menberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapakan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan
selalu ada satu “jawaban yang benar”.
Adapun
langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme antara lain:
NO
|
Fase
|
Kegiatan/tingkah
laku
|
I
|
Fase
Eksplorasi
Dalam fase ini
seorang guru memancing pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan
dipelajari pada saat itu
|
1)
Guru memancing pengetahuan awal siswa melalui cerita yang diberikan
2)
Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa mengenai perubahan kenampakan
pada muka bumi
3)
Guru mengenalkan berbagai mecam benda yang ada di atas mejannya
|
II
|
Fase
Klarifikasi
Pada fase ini
imformasi berupa pengetahuan awal siswa diperdalm agar bias menambah
pengetahuan siswa mengenai materi yang dipelajari
|
1)
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
2)
Guru membimbing masing-masing kelompok dalam melakukan kegiatan
praktis mengenai parubahan kanampakan pada bumi
3)
Masing-masing kelompok membecakan hasil diskusinnya
4)
Guru dan siswa menyimpilkan hasil diskusinya yang telah dipelajari
5)
Guru memberikan penghargaan kelompok
|
III
|
Fase Aplikasi
Pada fase ini
guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari agar bias
mengetahuai apakah perencanaan sesuai dengan pelaksanaan.
|
1)
Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran
2)
Melaksanakan kegiatan tindak lanjut
|
REFERENSI :