Lingkungan Pendidikan
Berbicara pendidikan adalah
berbicara tentang bagaimana membentuk karakter manusia sebagaimana yang
diinginkan. Sedangkan karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor, di
anataranya adalah lingkungannya. Orang berbeda karakternya, disebabkan oleh
karena mereka tumbuh di lingkungan yang berbeda. Karakter seorang anak petani
akan berbeda dengan anak nelayan, dan anak nelayan akan berbeda dari anak
pedagang dan seterusnya. Perbedaan itu, disebabkan oleh lingkungan mereka yang
berbeda itu.
Betapa besarnya peran lingkungan
dalam membentuk perilaku seseorang dapat dilihat dalam gambaran berikut. Bahwa
seseorang akan merasa harus berhati-hati tatkala berada di tempat yang terawat,
rapi dan bersih. Orang akan ikut menata dirinya agar tidak disalahkan oleh
orang lain ketika perilakunya tidak sesuai dengan tuntutan lingkungannya.
Siapapun tidak mau dianggap mengganggu kebersihan yang seharusnya dijaga. Orang
juga akan beradaptasi dengan lingkungan di mana mereka berada. Lingkungan yang
rapi, tertib, dan bersih akan memaksa siapapun bertingkah laku sebagaimana
tempat di mana mereka berada.
Pendidikan merupakan faktor utama
dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk
baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukurannormatif. Disisi lain proses
perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dandipengaruhi oleh
proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah)
saja.Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga,
sekolah, danmasyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai
tripusat pendidikan.Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia
untuk mancapai hasil yangmaksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana
sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan
pendidikan yang berada di luar lingkungan formal. Pendidikan juga merupakan
suatu upaya yang sangat mutlak dalam suatu kehidupan manusia, karena pendidikan
merupakan faktor penting dan bermanfaat bagi kehidupan dalam upaya meningkatkan
taraf hidup suatu bangsa. Kegiatan pendidikan di manapun berlangsung dalam
suatu lingkungan tertentu, baik lingkungan yang berhubungan dengan ruang maupun
waktu.
Lingkungan memberikan pengaruh terhadap perkembangan
peserta didik. Pengaruh yang diberikan oleh lingkungan ada yang bersifat
sengaja dan bersifat tidak sengaja. Artinya lingkungan tidak ada kesengajaan
tertentu di dalam memberikan pengaruhnya kepada perkembangan anak didik. Ada
tiga macam lingkungan, menurut tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga
lingkungan di mana pendidikan berlangsung agar dapat memberikan pengaruh yang
positif kepada perkembangan anak didik, maka hendaknya kita usahakan sedemikian
rupa sehingga masing-masing lingkungan senantiasa memberikan pengaruhnya yang
baik
Lingkungan secara umum diartikan
sebagai kesatuan ruang dengan segala benda,daya, keadaan, dan mahluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidupa lainnya.Lingkungan dibedakan
menajdi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,lingkungan buatan
dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat berada di sekolah, lingkungan
biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua
orangyang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun
sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik
berupa udara, meja kursi, papantulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda
mati yang ada di sekitar.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta
didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
danmasyarakat.Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbgai
factor lingkunganyang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan
pendidikan sebagai berbagailingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan,
yang merupakan bagian darilingkungan sosial.
Setiap manusia pasti memiliki
sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi
karena adanya interaksi manusia dengan lingkungannya. Lingkungan pendidikan
adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang memberikan pengaruh
terhadap perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan pendidikan merupakan
latar tempat berlangsungnya pendidikan (Indrakusuma, 1978).
Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses
Pendidikan Manusia
Secara umum fungsi lingkungan
pendidikan menurut Tirtarahardja (2000) adalah untuk membantu peserta didik
dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik/sosial/budaya)
dan mengajarkan tingkah laku umum serta menyeleksi atau mempersiapkan individu
untuk peranan-peranan tertentu, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antaralingkungan
yang sau dengan lingkungan yang lain tidka mungkin untuk berdiri
sendiri.Terdapat hubungan timbale balik dan saling mempengaruhi antar
lingkungan pendidikan.Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan
sifat manusia.Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan,
sedangkan lingkungan masayarakat
merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan
sekolahsekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.Melihat hal diatas
maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungansehingga terjadi
keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikandan
berkepribadian unggul.
Jenis Lingkungan Pendidikan
Mengacu pada pengertian lingkungan
pendidikan seperti tertulis diatas, maka lingkungan pendidikan dapat dibedakan
atau dikategorikan menjadi 3 macam lingkungan yaitu :
Lingkungan
keluarga
Lingkungan keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang mula-mula dan terpenting. Sering juga disebut
sebagai lingkungan pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama karena memang orang tua
dalam keluargalah yang terutama memiliki tanggung jawab atas pendidikan anak
kandungnya. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utamakarena di dalam
lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dansebagian
dikembangkan. Menurut kodratnya orang tua harus mendidik anak-anaknya,
terdorong oleh suatu insting, yaitu rasa cinta yang asli terhadap keturunannya.
Pendidikan yang paling banyak
diterima oleh anak adalah dalam keluarga, oleh karena itu tugas utama keluarga
dalam pendidikan anak adalah peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan
hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar berasal dari pendidikan
kedua orang tuanya dan anggota keluarga yang lain (Indrakusuma, 1978). Keluarga
juga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak, seperti rasa tenggang
rasa, suka menolong, hidup damai, kerjasama, kegotongroyongan, kepekaan, dan
sebagainya.
Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga menyerahkan sebagian
peran/tanggungjawabnya kepada jalur pendidikan formal (sekolah) maupun non
formal (kursus, kelompok belajar, dsb).
Peran jalur pendidikan formal
(sekolah) semakin lama semakin penting, khususnya yang berkaitan dengan
pengembangan aspek kognitif (pengetahuan) dan skill/psikomotorik (ketrampilan).
Hal ini tidak berarti bahwa keluarga dapat melepaskan diri dari tanggung jawab
pendidikan anaknya, diharapkan keluarga lebih banyak bekerja sama dan mendukung
kegiatan pusat/lingkungan pendidikan lainnya (sekolah dan masyarakat).
Pendidikan keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu
:
Pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir)
Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak
belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi
kepada kebudayaan lingkungan setempat Dalam kehidupan yang lebih modern
sekarang ini, terdapat pula model pendidikan prenatal. Seperti mendengarkan
lagu-lagu klasik selama anak masih dalam kandungan, melakukan pemerikasaan
rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi si jabang
bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal dalam kehidupan modern.
Secara sederhana pendidikan prenatala dalam keluarga
bertujuan untuk menjamin agar si jabang bayi sehat selama dalam kandungan
hingga nanti pada akhirnya dapat terlahir dengan proses yang lancar dan
selamat.
Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan
keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu
kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses pendidikan
keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana caranya
tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama.
Sama seperti pendidikan prenatal
yang tujuan adalah menjamin manusia lahir kedunia, pendidikan postnatal
ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadimanusia yang baik dan tidak
mengalami kesulitan berarti selama proses manusiahidup.Bagaimana manusia
bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar lingkungan keluarag sangat
tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga berlangsung. Dalam dunia
modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga berlangsung tidak
sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga dipengaruhioleh orang lain
yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa terjadi karenakesibukan
orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa orang lain untuk merawat
(mengasuh) anaknya.
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan
meliputi:
- Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
- Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
- Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.
Lingkungan
sekolah
Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan
geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam.
Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam
alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia atau
alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang
mempunyai hubungan dengan seseorang.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole,
scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang,
dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di
tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk
menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah
mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi
pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak
didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga
memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan
sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas.
Adapun secara istilah Sekolah
adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau “murid“) di
bawah pengawasan guru. Dengan demikian, lingkungan sekolah dapat diartikan
segala sesuatu yang tampak dan terdapat di sekolah, baik itu alam sekitar
maupun setiap individu yang berada di dalamnya.
Lingkungan sekolah disebut juga
lingkungan kedua yang didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu
memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan
hidup bagi anaknya. Sehingga pendidikan di sekolah berperan sebagai bagian dan
lanjutan dari pendidikan keluarga, serta merupakan jembatan yang menghubungkan
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak (Indrakusuma,
1978).
Untuk mempersiapkan anak agar hidup
dengan cukup bekal kepandaian dan kecakapan dalam masyarakat yang modern, telah
tinggi kebudayaannya seperti sekarang ini, anak-anak tidak cukup hanya menerima
pendidikan dan pengajaran dari lingkungan keluarganya saja. Maka dari itu,
masyarakat atau negara mendirikan sekolah-sekolah. Kehidupan dan pergaulan di
lingkungan sekolah sifatnya lebih tegas dan lugas, harus ada ketertiban dan
peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh peserta didik dan
pendidikan. Pendidikan etika juga diberikan di sekolah, namun hanya merupakan
bantuan terhadap pendidikan budi pekerti yang telah dilaksanakan oleh keluarga,
karena tujuan dan tanggung jawab utama sekolah membekali ilmu pengetahuan dan
ketrampilan yang dapat dipergunakan dalam kehidupannya di masyarakat (Purwanto,
2002).
Sekolah sebagai pusat pendidikan
adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara
optimal ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju suatu masyarakat semakin
penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam
proses pembangunan masyarakat itu. Tentunya tidak semua tugas mendidik dapat
dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan
dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu orang tua menyekolahkan
anaknya agar bisa lebih baik lagi di bidang ilmu pengetahuan dan
keterampilannya. Begitu juga dengan sekolah, tentunya bertanggung jawab atas
pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena perkembangan
peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada
masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai
masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan
demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya
sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan
meliputi:
- tanggung jawab formal kelembagaan
- tanggung jawab keilmuan
- tanggung jawab fungsion
Sekolah sebagai
Lingkungan Pendidikan
Di sekolah yang disana tempat
berkumpulnya anak-anak yang memiliki umur yang sebaya dan wawasan pengetahuan
yang relatif sederajat sekaligus menerima pengajaran yang sama sehingga mereka
akan memasuki dan merasakan sebuah lingkungan yang berbeda sekali dengan
lingkungan keluarga atau rumah yang pernah mereka rasakan. Adapun yang
membedakan lingkungan keluarga dengan lingkungan sekolah antara lain :
Suasana
Rumah adalah tempat anak-anak itu
lahir dan kelahirannya juga disambut dengan sukacita. Kemudian setelah itu
mereka diasuh oleh kedua orang tua mereka dengan penuh kasih sayang. Sedangkan
di sekolah mereka akan menghadapi guru yang tak mereka kenal dan kasih sayang
guru juga tak sedalam kasih sayang kedua orangnya.
Tanggung jawab
Di rumah, dikarenakan ayah dan ibu
sebagai orang tua kandung anak-anak mereka, maka sudah barang tentu orang tua
tersebut memiliki perhatian yang lebih terhadap perkembangan jasmani dan rohani
anak-anaknya. Sebaliknya di sekolah guru yang seharusnya memiliki kewajiban
untuk mendidik peserta didiknya, sebagian besar guru merasa telah memenuhi
kewajibannya ketika hanya berhasil menaikkan atau meluluskan peserta didiknya.
Kebebasan
Ketika di rumah anak memiliki
kebebasan yang lebih dalam gerak-geriknya, ia bebas makan ketika lapar, atau
tidur ketika ngantuk. Sedangkan di sekolah kebebasan semacam itu tak bisa di
dapatkannya karena di sana ada aturan-aturan yang harus dipatuhi.
Pergaulan
Pergaulan di rumah senantiasa
diliputi suasana kasih sayang, saling mengerti dan saling bantu membantu,
meskipun terkadang terdapat pertikaian antara kakak dan adik, tetapi di luar
rumah pasti kakak senantiasa melindungi adiknya. Di sekolah pergaulan antar
murid acapkali lebih “lues” (zakelijk). Mereka harus menghargai hak dan
kepentinagn masing-masing.
Hal-hal diatas, menunjukkan perbedaan yang asasi
antara rumah dengan sekolah. Rumah ialah lingkungan pendidikan yang sewajarnya.
Pemeliharaan orang tua terhadap anak bukan diperoleh dari suatu pengalaman,
melainkan adalah sifat yang naluriyah. Sekolah yang dibuat sendiri oleh
manusia, karena semakin tinggi tingkat kebudayaan, maka tuntutan masyarakat
bertambah tinggi pula. Lingkungan rumah tak lagi mampu mendidik anak dengan
maksimal. Dengan demikian masyarakat mendirikan sekolah-sekolah, yang disana
dilaksanakan pendidikan untuk anak disertai peraturan-peraturan tertentu.
Fungsi dan
Peranan Sekolah
Mengenyam pendidikan pada institusi
pendidikan formal yang diakui oleh lembaga pendidikan negara adalah sesuatu
yang wajib dilakukan di Indonesia. Mulai dari anak tukang sapu jalan, anak
tukang batu, anak tukang jambret, anak pak tani, anak bisnismen, anak pejabat
tinggi negara, dan sebagainya harus bersekolah minimal selama 9 tahun lamanya
hingga lulus SMP.
Manfaat dan Fungsi Belajar di Sekolah dan di
Perguruan Tinggi :
Melatih Kemampuan Akademis Anak (Biar Pintar).
Dengan melatih serta mengasah kemampuan menghafal,
menganalisa, memecahkan masalah, logika, dan lain sebagainya maka diharapkan
seseorang akan memiliki kemampuan akademis yang baik. Orang yang tidak sekolah
biasanya tidak memiliki kemampuan akademis yang baik sehingga dapat dibedakan
dengan orang yang bersekolah. Kehidupan yang ada di masa depan tidaklah semudah
dan seindah saat ini karena dibutuhkan perjuangan dan kerja keras serta banyak
ilmu pengetahuan.
Menggembleng dan Memperkuat Mental, Fisik dan
Disiplin.
Dengan mengharuskan seorang siswa
atau mahasiswa datang dan pulang sesuai dengan aturan yang berlaku maka secara
tidak langsung dapat meningkatkan kedisiplinan seseorang. Dengan begitu
padatnya jadwal sekolah yang memaksa seorang siswa untuk belajar secara
terus-menerus akan menguatkan mental dan fisik seseorang menjadi lebih baik.
Memperkenalkan Tanggung Jawab.
Tanggung jawab seorang anak adalah
belajar di mana orangtua atau wali yang memberi nafkah. Seorang anak yang
menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dengan bersekolah yang rajin
akan membuat bangga orang tua, guru, saudara, famili, dan lain-lain.
Membangun Jiwa Sosial dan Jaringan Pertemanan.
Banyaknya teman yang bersekolah
bersama akan memperluas hubungan sosial seorang siswa. Tidak menutup
kemungkinan di masa depan akan membentuk jaringan bisnis dengan sesama teman di
mana di antara sesamanya sudah saling kenal dan percaya. Dengan memiliki teman
maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi
dengan baik.
Sebagai Identitas Diri.
Lulus dari sebuah institusi
pendidikan biasanya akan menerima suatu sertifikat atau ijazah khusus yang
mengakui bahwa kita adalah orang yang terpelajar, memiliki kualitas yang baik
dan dapat diandalkan. Jika disandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan
dalam suatu lowongan pekerjaan kantor, maka rata-rata yang terpelajarlah yang
akan mendapatkan pekerjaan tersebut
Sarana Mengembangkan Diri dan Berkreativitas.
Seorang siswa dapat mengikuti
berbagai program ekstrakurikuler sebagai pelengkap kegiatan akademis belajar
mengajar agar dapat mengembangkan bakat dan minat dalam diri seseorang. Semakin
banyak memiliki keahlian dan daya kreativitas maka akan semakin baik pula
kualitas seseorang. Sekolah dan kuliah hanyalah sebagai suatu mediator atau
perangkat pengembangan diri. Yang mengubah diri seseorang adalah hanyalah orang
itu sendiri.
Lingkungan
masyarakat
Dalam konteks pendidikan,
masyarakat merupakan lingkungan pendidikan selain pendidikan dari lingkungan
keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai
ketika anak-anak sudah mulai lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari
pendidikan sekolah. Namun orng tua tidak melepas begitu saja, mereka tetap
mengontrol perkembangan atau pendidikan yang didapatkannya. Karena pengaruh
yang lebih luas di banding dengan lingkungan pendidikan yang lain.
Corak dan ragam pendidikan yang
dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian
(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang
terdapat di dalam lingkungan sosial yaitu:
- pranata pendidikan bertugas dalam upaya sosialisasi
- pranata ekonomi bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
- pranata politik bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat
- pranata teknologi bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia
- pranata moral dan etika bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat
Dari ketiga macam pengaruh
lingkungan pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), kiranya lingkungan
masyarakatlah yang cukup sulit dirancang agar selalu memberikan pengaruhnya
yang baik untuk perkembangan anak didik. Karena lingkungan masyarakat itu
sangat luas dan banyak berbagai pihak yang berperan dalam masyarakat tersebut,
sehingga memerlukan pengawasan dan pengontrolan yang lebih agar suasana
lingkungan masyarakat dapat memberikan pengaruh yang baik bagi pendidikan anak.
Masyarakat yang berperan aktif
dalam bidang pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Kelompok
ini berupa organisasi-organisasi pendidikan, sosial, politik, ekonomi,
keagamaan dan sebagainya. Semua kelompok ini perlu dilibatkan secara aktif
dalam membantu dan mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pengelola
atau pihak sekolah hendaknya mampu menganalisis kelompok masyarakat mana yang
bisa dilibatkan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sebagai
gambaran dibawah ini disajikan skema tentang keterlibatan berbagai pihak dalam
School District di Amerika menurut Hoy & Miskel (1987).
Sementara itu, Unruh (1974)
mengelompokkan masyarakat menurut hubungannya dengan sekolah. Kelompok tersebut
adalah:
- Immadiate (pihak yang sangat cepat berhubungan dengan sekolah yaitu siswa, guru, dan orang tua siswa);
- Associated (pihak yang tertarik pada sekolah);
- Disassociated (pihak yang tidak tertarik dengan sekolah); dan
- Institusionalized (lembaga umum).
SUMBER :
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Semarang: Unnes Press
http://moshimoshi.netne.net/materi/ilmu_pendidikan/bab_4.htm
http://dyahonblog.blogspot.com/2012/05/lingkungan-pendidikan.html
http://masimamgun.blogspot.com/2012/05/lingkungan-pendidikan.html
http://afifahchen.wordpress.com/2012/03/16/lingkungan-pendidikan-sekolah/
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/07/lingkungan-pendidikan/