Arah Pendidikan Di Indonesia
Arah Pendidikan Di Indonesia
Dalam
Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional telah
diamanatkan bahwa pendidikan nasional harus dapat mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk
dapat mewujudkan harapan tersebut sudah selayaknya setiap lembaga pendidikan,
termasuk pendidikan tinggi, setiap saat selalu berusaha untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengelola pendidikan agar harapan tersebut sedapat mungkin bisa
terealisasi. Salah satu elemen utama dari sistem pendidikan yang sangat
berkaitan langsung dengan kualitas pendidikan adalah kurikulum.
Kurikulum
adalah merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan
kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan
sebagai pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di perguruan
tinggi. Dengan perangkat pengajaran ini diharapkan lembaga pendidikan tinggi
yang merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah, mampu menyiapkan peserta
didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dalam
menerapkan, mengembangkan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan teknologi
dan seni, serta dapat menyebarluaskan dan mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Bangsa
Indonesia mendambakan masyarakatnya maju setingkat dan sederajat masyarakat
dunia. Di Tanah Air didirikan banyak pabrik berbagai jenis. Dalam peta
pembangunan ditetapkan kawasan industri, kawasam permukiman dan sebagainya.
Bangsa Indonesia saat ini mulai menapak pada kehidupan gelombang ketiga yang
disebut Alvin Toffler, bahwa umat manusia menghadapi sejumlah lompatan ke
depan, menghadapi pergolakan, perombakan dan restrukturisasi yang mendasar
selama dunia berkembang. Dampaknya akan menyentuh setiap orang, merusak dan
merobek kehidupan keluarga, mengguncang ekonomi, dan melumpuhkan sistem potitik
dan menghancurkan nilai-nilai kita.
Sosiolog
Astrid S Susanto mendeskripsikan abad 20 adalah abad teknik, otomat, abad
komputer, abad interplanetaria dan biasa disebut the soules and material age
yaitu abad depersonalisasi di mana manusia bukan lagi manusia. Akibat dari
depersonalisasi adalah manusia tak mau dianggap sebagai yang bertanggungjawab
atas akibat tindakannya, sehingga di samping menjadi suatu abad yang tak saja
hampa, juga menjadi abad yang tak bertanggung jawab.
Biarpun
masyarakat Indonesia tak menjadi masyarakat industrial seluruhnya, yang jelas
kian hari kian banyak industri didirikan. Desa kekurangan tenaga kerja
produktif karena mereka pergi ke kota bekerja di pabrik-pabrik. Mereka inilah
pencipta masyarakat baru, masyarakat industrial. Keadaan masyarakat yang
demikian itulah yang perlu diantisipasi dunia pendidikan. Sekolah di manapun
tempatnya outputnya akan tersebar di pelbagai lapangan pekerjaan, termasuk
pabrik.
Bagaimana
pendidikan disiapkan untuk masyarakat industrial? Di samping keterampilan,
peserta didik perlu dibekali kesadaran penggunaan waktu, ethos kerja,
mengenalkan kehidupan masyarakat industrial, melatih ketahanan mental dan
moral. Guna berperan di tengah masyarakat global dan dalam sistem pendidikan
nasional, sekolah swasta berpeluang sangat luas. Undang-undang 20 Tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional, bab 1, pasal 1 ayat (16) menyatakan,
pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai
perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.Berarti masyarakat
diberi peran mendirikan dan menyelenggarakan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis
pendidikan kecuali pendidikan kedinasan. Juga di bidang kurikulum, sekolah
berpeluang mengembangkan melalui percobaan atau penelitian. Singkatnya
masyarakat sebagai mitra pemerintah, berpeluang luas berperan serta dalam
kegiatan pendidikan nasional.
Sekolah
modern dalam melaksanakan fungsinya perlu memberi porsi seimbang antara
pengajaran dan pendidikan. Pengajaran adalah lebih menyangkut aspek pengetahuan
dan keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Sedang pendidikan
lebih menyangkut aspek kepribadian.
Pendidikan
abad 21 memiliki ciri-ciri:
1.Siswa
belajar dengan asyik, dan berani mengungkapkan isi hatinya tanpa tekanan.
2.Terjalin
hubungan yang dekat antara guru dan siswa serta orangtua.
3.Guru
tak tertekan dengan beban berat, sukacita membimbing dan mendampingi siswa.
4.Guru
bertindak sebagai orangtua kedua dapat memasukkan nilai-nilai baik dalam
kehidupan siswa.
5.Guru
perlu punya daya kreatif inovatif yang unggul sehingga mampu membawa siswa
menjadi lebih baik.
6.Siswa
berinovasi maksimal di setiap pembelajaran.
7.Kurikulum
tertata runtut dan dengan tema belajar yang tak tumpang tindih.
8.Kurikulum
dengan tema menarik dan bermanfaat bagi siswa, orangtua dan masyarakat.
9.Dukungan
penuh orangtua siswa dalam daya dan dana.
10.Terdapat
suasana kekeluargaan di sekolah, saling dukung antarguru, guru dengan orangtua
dan guru dengan siswa.
11.Terdapat
sistem penilaian terbuka sehingga perkembangan belajar siswa terpantau.
Masalah Pendidikan di Indonesia
Kualitas
pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa
indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Indonesia memiliki
daya saing yang rendah Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama
Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi
dari 53 negara di dunia.
Yang
kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan.
Baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan memang telah menjadi
penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan
bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara
lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal
itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan
sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi
pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Jenis-jenis
Masalah Pendidikan di Indonesia dan Penanggulangannya. Pada bagian ini ada
empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatamn nasionalyang
perlu dipriorotaskan penanggulannya masalah yang dimaksud yaitu:
1.
Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam
melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan
nasional. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana system
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh
warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan ini menjadi
wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah
pemerataan ini timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia
sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam system atau lembaga pendidikan
karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Minat dan kemampuan anak,
keperluan tenaga kerja dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu
dan teknologi.
Sehubungan
dengan itu yang perlu digalakkan. Utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat keluarga yang kurang mampu agar
mau menyekolahkan anaknya.
Cara
inovatif antara lain:
1.Sistem
pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua dan guru)
2.SD
kecil pada daerah terpencil
3.SMP
terbuka
2.
Masalah mutu pendidikan
Mutu
pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf yang
seperti diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh
lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan system
sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja.
Penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumsin tenaga dengan system
tes unjuk kerja.
Jadi
mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada keluarannya. Jika tujuan pendidikan
nasional dijadikan criteria mislany hasil EBTA dan lain-lain tersebut dipandang
sebagai gambaran tentang hasil pendidikan padahal hasil belajar yang bermutu
karena mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar
tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu.
1.Penanggulangan
masalah mutu pendidikan dalam hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak,
personalia dan manajemen.
2.Pengembangan
kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut misalnya berupa pelatihan,
penataran, seminar
3.Penyempurnaan
kurikulum misalnay dengan memberi materi yang lebih esensial.
4.Pengembangan
prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar.
3.
Masalah efisiensi Pendidikan
Masalah
efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika
terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.
Beberapa
masalah efisiensi pendidikan yang penting:
1.Bagaimana
tenaga kependidikan difungsikan
2.Bagaimana
sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia digunakan
Seperti
halnya perubahan kurikulum sering membawa akibat tidak dipakainya lagi paket
siswa dan buku pegangan guru. Kurikulum merupakan tindakan antisipasi terhadap
pemberian bekal bagi calon iuran agar sesuai dengan tuntutan zaman.
4.
Masalah relevansi pendidikan
Masalah
relevansi pendidikan mencakup sejauh mana system pendidikan dapat menghasilkan
iuran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti
yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional. Luaran pendidikan
diharapkan dapat mengisi semua sector pembangunan yang beraneka ragam seperti
sector produksi maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
Penanggulangan
relevansi pendidikan ini antara lain:
1.Dapat
nmenyediakan kesempatan pemerataan belajar artinya semua warga negara yang
butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
2.Dapat
mencapai hasil yang bermutu artinya: perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
3.Produknya
yang bermutu tersebut relevan artinya hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan.
SUMBER
:
Diposkan
oleh : Dharma Wijayanto, SSi, MSi (Guru Sains Sekolah Citra Berkat Surabaya)
http://library.sman1teladan-yog.sch.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=66
http://stimidenpasar.ac.id/index.php/tentang-stimi.html?start=3
http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekulah-di-masa-sekarang/
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2267390-jenis-jenis-masalah-pendidikan-di/#ixzz1v2d9wXns
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2267390-jenis-jenis-masalah-pendidikan-di/#ixzz1qNlnormd